Kamis 27 Oct 2011 19:06 WIB

Detak Jantung tak Teratur Berisiko Stroke

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Detak jantung yang tidak teratur atau "atrial fibrillation" (fibrilasi atrium) merupakan salah satu faktor risiko stroke yang belum banyak diketahui masyarakat di Indonesia padahal risikonya lebih besar daripada faktor risiko yang lain.

"Fibrilasi atrium merupakan salah satu faktor risiko utama stroke iskemik dan individu yang menderitanya memiliki resiko stroke lima kali lipat dibandingkan dengan populasi umum," kata Dr.dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K) dalam media briefing memperingati Hari Stroke Sedunia di Jakarta, Kamis.

Terdapat lima faktor risiko stroke utama yang dapat dikelola untuk mencegah stroke yaitu tekanan darah tinggi (hipertensi), kebiasaan merokok, kurangnya aktivitas fisik, diabetes dan fibrilasi atrium.

Stroke atau sering disebut penyakit jantung merupakan penyebab kematian tertinggi untuk kategori penyakit tidak menular dimana diperkirakan satu orang di dunia meninggal tiap enam detik karena stroke atau hampir enam juta orang pertahunnya.

Selain angka kematian yang tinggi, penderita stroke yang selamat kemudian menderita cacat fisik yang tidak hanya menurunkan kualitas hidup mereka melainkan juga kehidupan keluarga dan orang-orang di sekelilingnya. Begitu juga implikasi ekonomi yang disebabkan para penderita tidak dapat menjadi produktif sepenuhnya.

Sementara itu, masyarakat diminta untuk mewaspadai detak jantung yang tidak teratur itu karena jika terkena stroke, dampaknya biasanya lebih parah dibandingkan dengan faktor risiko yang lainnya.

"Serangan stroke yang terkait dengan fibrilasi atrium ini umumnya lebih berat, dampaknya lebih buruk dan perawatannya lebih lama dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki fibrilasi atrium," ujar Yoga.

Fibrilasi atrium diperkirakan merupakan penyebab utama dari 15-20 persen keseluruhan insiden stroke dan tingginya tingkat keparahan stroke yang diderita oleh pasien fibrilasi atrium mengindikasikan bahwa mereka akan mengalami penurunan kualitas hidup yang lebih drastis dibandingkan dengan mereka yang tidak.

"Karena itu, pasien fibrilasi atrium merupakan kelompok yang harus mendapatkan penanganan serius untuk mengurangi beban stroke secara keseluruhan di masyarakat," kata Yoga.

Dalam rangka peringatan Hari Stroke Sedunia yang diperingati tiap tanggal 20 Oktober, Yayasan Stroke Indonesia dan PT Bayer Indonesia meluncurkan kampanye "Beat the Risk" melalui berbagai bentuk kegiatan seperti pengembangan situs edukatif online, program talk-show di radio serta tes kesehatan gratis untuk mendeteksi fibrilasi atrium.

"Peringatan Hari Stroke Sedunia ini merupakan sebuah momentum yang baik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya stroke serta bersama-sama mencanangkan aksi untuk memeranginya," kata Ketua Harian Yayasan Stroke Indonesia Haryono Suyono.

Sementara itu, Direktur PT Bayer Indonesia Allen Doumit mengatakan bahwa kampanye itu merupakan bagian dari upaya memberi dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat mengenai fibrilasi atrium.

"Setelah itu, diharap dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya deteksi dini serta penanganan fibrilasi atrium sebagai upaya pencegahan stroke," katanya.

Tujuan utama dari manajemen fibrilasi atrium disebut Yoga adalah untuk menurunkan risiko-risiko jangka panjang yang timbul dari kondisi itu, terutama stroke. Pencegahan stroke pada pasien fibrilasi atrium dapat dilakukan melalui terapi farmakologi untuk mengurangi resiko terjadinya penggumpalan darah.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement