Senin 24 Jan 2011 15:38 WIB

Nah Lho... Naik Angkutan Umum Perbesar Resiko ISPA?

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Metromini
Metromini

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Waspada bagi masyarakat yang menggunakan transportasi umum saat menuju tempat kerja, kampus atau tempat lainnya. Pasalnya, sebuah riset yang dirilis University of Nottingham, Inggris menyebutkan individu yang menggunakan angkutan umum memiliki risiko enam kali lipat terkena infeksi sistem pernafasan akut (ISPA).

Anehnya, riset itu juga mengatakan bagi individu yang sudah terbiasa menggunakan moda transportasi publik kemungkinan akan terbebas dari infeksi saluran pernafasan akut ketimbang individu yang sesekali menggunakan. "Kami menemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara infeksi pernafasan akut dan bus atau trem yang digunakan dalam lima hari sebelum timbulnya gejala.

Risiko terbesar muncul diantara inidvidu yang sesekali menggunakan bus atau trem," papar Jonathan Van Tam, seorang profesor perlindungan kesehatan di Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat  dan Direktur Lembaga Penelitian dan Perlindungan Kesehatan University of Nottingham seperti dikutip dari healthday, Ahad (23/1)

Van Tam menjelaskan data-data ini sangat masuk akal ketika pemikiran mengarah pada pengembangan antibodi terhadap virus pernafasan. Menurut dia, penemuan ini memiliki implikasi yang berbeda untuk kontrol infeksi musiman pernafasan akut dan pandemi influenza.

"Dalam kasus terakhir kita tidak memiliki kesempatan untuk membangun kekebalan apapun terlebih dahulu. Karena itu, menurut definisi, penyakit yang menyerang kasus kedua disebabkan virus baru, "kata Van Tam.

Studi ini dipublikasikan dalam jurnal BMC Infectious Diseases edisi 14 Januari. Studi dilangsungkan di Nottingham selama wabah influenza melanda dengan rentag waktu 2 Desember 2008 dan 15 Januari 2009.

Para peneliti melibatkan 138 pasien (72 dengan infeksi pernafasan akut dan 66 pasien kontrol) yang menggunakan angkutan umum dalam lima hari sebelum dimulainya gejala pernafasan atau sebelum berkonsultasi ke dokter. Lantas bagaimana dengan warga Jakarta?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement