Selasa 11 May 2010 21:25 WIB

Stres Bikin Gemuk, Benarkah?

Rep: cr2/ Red: Ririn Sjafriani
Ilustrasi
Foto: corbis
Ilustrasi

Tingginya aktivitas masyarakat modern kerap kali memunculkan tekanan pada individu. Efeknya tidak lagi membuat level kesehatan menurun. Lebih dari itu, ancaman kegemukan dan obesitas turut muncul sebagai dampak negatif.

Studi terbaru menyebutkan, tingginya level stres seseorang membuat individu itu mengalami kegemukan dan obesitas. Sebelumnya, salah seorang peneliti, Dr Alon Chen mengadakan riset dengan memberikan biskuit kepada sejumlah individu ketika menghadapi tekanan di rumah dan kantor.

Sebelum itu, Chen menguji cobakan pada tikus. ia menunjuk produksi protein yang diketahui disebut Ucn3 pada waktu stres. Protein itu diproduksi di otak, dan memiliki efek ke seluruh rubuh termasuk mempengaruhi kerja jantung, otot, hati dan pankreas. Protein U3cn juga mempengaruhi nafsu makan dan cara tubuh menggunakan insulin, suatu hormon penting dalam pengolahan gula menjadi energi. Namun, apabila sistem terus-menerus diaktifkan oleh tekanan, resiko menjadi gemuk dan sakit semakin besar.

"Stres yang baik ketika anda menghadapi peristiwa seperti misal bertemu singa," tukas Chen seperti dikutip Dailymail, Senin (10/5).

Ia menjelaskan, metabolisme individu terganggu ketika seseorang mengkonsumsi banyak gula dan glukosa yang menuju otot untuk membantu anda melarikan diri dari kejaran singa. Namun, stres perlu direspon tubuh dengan ketat.

Pada riset sebelumnya, peneliti di Inggris mencatat hampir dua pertiga individu di Inggris membawa gen penyuka makanan cepat saji yang menyebabkan mereka mengidamkan makanan berlemak dan manis. Menurut peneliti, mereka dengan cacat genetik mampu  mengkonsumsi makanan berjumlah 100 kalori. Selama seminggu, total kalori yang dikonsumsi berjumlah 2.100 kalori lebih.

Sementara itu, peneliti di Universitas Dundee, menjelaskan mengapa beberapa orang merasa sulit untuk menolak makanan cepat saji dan mengapa beberapa diet selalu berbuah kegagalan.

Masyarakat Inggris merupakan pecandu junk food terparah di dunia, bahka mengalahkan masyarakat AS dalam urusan konsumsi makanan kaya lemak dan gula. Hasil riset mencatat rata-rata orang dewasa di Inggris,  hanya mengkonsumsi tiga porsi buah dan sayuran dalam sehari berbanding dengan kemungkinan mengkonsumsi 22.000 makanan siap saji seperti, sandwich dan makanan ringan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement