Pengembangan Panas Bumi Diperlukan untuk Ketahahan Energi

Kamis , 12 Oct 2017, 15:05 WIB
Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto dalam sambutannya saat pertemuan dengan Wakil Ketua Parlemen Turki Ahmet Aydin.
Foto: DPR RI
Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto dalam sambutannya saat pertemuan dengan Wakil Ketua Parlemen Turki Ahmet Aydin.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Indonesia dan Turki memiliki banyak kekayaan alam dari energi panas bumi. Perkembangan terbaru sektor energi panas bumi di Turki telah mengilhami banyak orang Indonesia.

 

"Bagi Indonesia, pengembangan energi panas bumi mutlak diperlukan jika kita ingin mencapai tujuan nasional untuk ketahanan energi dan menjadi produsen tenaga panas bumi terbesar di dunia," kata Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Agus Hermanto dalam sambutannya saat pertemuan dengan Wakil Ketua Parlemen Turki Ahmet Aydin dan Ketus Group Kerja sama Bilateral Turki-Indonesia Hamza Dag di Gedung Parlemen Turki, Ankara, Selasa (10/10)

 

Kerja sama kedua negara di sektor ini, lanjutnya, ditandai salah satunya dengan investasi perusahaan Hitay di Indonesia. "Parlemen Indonesia menyambut baik dan mendukung investor asing di bidang energi dan sektor lainnya yang membantu pembangunan nasional dan alih pengetahuan serta teknologi," ujar politikus Demokrat ini.

 

Kerja sama kedua negara saat ini sangat menggembirakan dan harus diperluas. Dalam pertemuan terakhir di Ankara tahun ini, kedua pemimpin Presiden Joko Widodo dan Presiden Erdogan telah sepakat untuk melanjutkan tren positif perdagangan dan investasi kedua negara, termasuk negosiasi mengenai Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Turki IIT-CEPA. Indonesia dan Turki mencatat 13 miliar dalam perdagangan bilateral tahun lalu yang tentunya berpotensi untuk meningkat terus.

 

Indonesia dan Turki telah membuktikan keberhasilannya dalam kerja sama industri pertahanan dengan kesepakatan pembuatan tank menengah Kaplan. Kedua negara juga sepakat untuk meningkatkan kerja sama di bidang produksi kapal selam dan pesawat tak berawak, yang akan ditindaklanjuti oleh tim dari kedua negara.

 

"Sebuah nota kesepahaman antara produsen pesawat terbang Dirgantara Indonesia dan industri kedirgantaraan Turki akan mendorong kerjasama lebih erat di sektor ini," ujarnya.

 

Indonesia dan Turki juga telah sepakat untuk memperkuat hubungan dalam memerangi terorisme, dengan pertukaran informasi intelijen dan pengembangan bersama dari sistem intelijen Teknologi Informasi (TI). Kerja sama tersebut diatas adalah sebagain dari kerja sama yang telah berjalan dan memperkuat hubungan kedua negara.

 

Lebih lanjut legislator dapil Jawa Tengah ini menegaskan, bahwa dunia saat ini dihadapkan pada banyak tantangan mulai dari terorisme, fanatisme, konflik regional, perlambatan ekonomi, krisis pengungsi, dan perubahan iklim. Ia mengharapkan antara Indoneaia dan Turki menjalin persahabatan yang cukup tinggi dan bisa membantu saudara-saudara kita khususnya sesama muslim yang saat ini dalam keadaan tertindas.

"Seperti saudara kita yang tertindas di Myanmar. Sebagaimana kita ketahui Muslim Rohingya sangat menderita di sana karena perlakuan pemerintahnya yang dulu juga Indonesia sangat memperjuangkan masalah demokrasi," katanya.

 

Di akhir sambutannya, ia Wakil Ketua Parlemen Ahmet Aydin dan anggota Parlemen Turki khususnya untuk berkunjung ke Indonesia.

Dalam pertemuan tersebut, Agus didampingi enam anggota DPR RI yakni Anita Jacoba Gah, Siti Mufattahah, Syofwatillah Mohzaib, Willem Wandik, Muhammad Syafrudin, dan Ida Fauziyah. Didampingi pula oleh Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan  Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno,  Kepala   Sub Direktorat   Pemanfaatan   Jasa Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Asep Sugiharta,  Staf Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Satry Nugraha dan Yudo Dwinanda, serta staf Kedutaan Besar RI Ankara.