Ahad 29 Jun 2014 17:00 WIB

Ibu Hamil Berpuasa, BOLEHKAH?

Red: operator

Shaum di bulan Ramadhan adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang beriman. Setiap Muslim diwajibkan menahan lapar dan haus mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Meski begitu, ajaran Islam memberi keringanan bagi umatnya yang tak mampu menunaikan ibadah shaum di bulan Ramadhan. Perempuan hamil dan ibu menyusui, misalnya, diperbolehkan untuk tak berpuasa di bulan Ramadhan.

Hal itu sesuai dengan hadis Rasulullah SAW, “Sesungguhnya, Allah memberi keringanan kepada  usafir/yang sedang dalam perjalanan boleh tidak berpuasa dan qashar/jama’ shalat, dan bagi perempuan hamil dan menyusui untuk tidak berpuasa.” (HR Al-Nasa’i dan Ibnu Majah). Lantaran memilih tidak berpuasa, kebanyakan ulama fikih emosisikan pe rempuan hamil dan menyusui seperti orang dalam keadaan sakit sehingga, berdasarkan QS al-Baqarah [2]: 184, ia hanya berkewajiban menggantinya (qad ha) di

hari lain sebanyak hari yang di tinggalkan (fa’iddatun min ayyâmin ukhar).

Meski begitu, ada pula ibu hamil yang memilih untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Masrurah (28) termasuk perempuan yang yang memilih tetap puasa saat hamil. Saat mengandung anak pertamanya, beberapa tahun lalu, wanita asal Lamongan, Jawa Timur, ini tetap berpuasa di bulan Ramadhan. Saat itu, usia kandungannya memasuki bulan ketiga.

Awalnya, ia sempat ragu untuk berpuasa karena usia janinnya masih sangat muda, atau biasa disebut “hamil muda”. “Waktu periksa terakhir sebelum Ramadhan, dokter juga melarang untuk puasa,” ujarnya.

Ruroh mengaku, kondisinya saat itu memang sedang tak stabil. Ia terkadang mual tetapi tak ingin muntah, namun terkadang muntah dan mengeluarkan sedikit cairan hijau pahit. Di tambah lagi, kepalanya mendadak sering pusing, bahkan makanan apa pun menjadi tak menarik untuknya. Perutnya enggan menerima makanan yang masuk.

Keadaan itu tak membuatnya menyerah dan tetap berpuasa. “Saya tetap puasa, tapi tidak bilang dokter, sedikit berbohong,” tuturnya seraya tersenyum.

Ruroh bercerita, setiap dokter kan dungannya bertanya tentang berpuasa atau tidak, ia selalu menjawab tidak. Walau demikian, saat diperiksa dokter, janinnya selalu dinyatakan sehat, normal, dan memiliki perkembangan bagus.

Lalu, secara medis, bolehkah ibu hamil berpuasa di bulan Ramadhan? Menurut dokter ahli kandungan dr Alvin Setiawan SpOG, sebenarnya tak masalah jika ibu hamil berpuasa, asalkan usia kandungan telah berada di trimester kedua dan ketiga atau sekitar 14 minggu ke atas. “Puasa itu kan hanya mengubah pola makan dari siang ke malam, jadi tubuh tetap mendapat nutrisi,” tuturnya.

Ia mengimbau agar ibu hamil dengan usia kandungan di bawah 14 minggu atau masih di trimester pertama agar tak berpuasa. “Pada usia itu, kondisi janin belum stabil serta masih memerlukan banyak nutrisi. Sebaliknya, bila janin semakin matang, tubuh pun dapat lebih menyesuaikan diri saat puasa,” paparnya.

Hal senada juga diungkapkan dokter spesialis obstetri dan ginekologi RSCM Dwiana Ocviyanti. Menurut dia, pada saat kandungan berada dalam usia trimester kedua atau sudah enam bulan, ibu hamil boleh-boleh saja berpuasa. “Yang riskan itu jika usia kandungan masih dalam trimester pertama,” ujar Dwiana.

Dokter yang mengenakan kerudung ini menyarankan agar ibu hamil yang janinnya masih muda, yang berarti baru tiga bulan pertama, lebih baik tidak nekat menjalankan puasa. Dalam kondisi hamil muda itu, sang ibu perlu menerapkan pola makan khusus, yaitu sedikit-sedikit tetapi sering. Namun, setiap porsi makannya harus kecil atau mungkin hanya sekadar ngemil. “Sebaiknya, satu jam sekali makan,” ujar Dwiana.

Nah, ketika menjalankan puasa, tentu pola makan ini tidak bisa diterapkan karena justru tubuh tak akan men dapatkan asupan makanan dalam waktu yang lama.

Akibatnya, nanti tubuh sang ibu akan menjadi lemah sehingga kesehatan janin yang pasokan nutrisinya tergantung pada kondisi ibunya dapat terganggu.

Meski tubuhnya kuat dan mampu menjalankan puasa, dalam masa kehamilan muda ini hormon kehamilan atau yang dikenal dengan beta-HCG sedang memberikan pengaruh yang kuat bagi tubuh ibu hamil. Hormon ini yang kerap membuat ibu mual, kembung, dan lemas.

Jika tetap menjalankan puasa saat asupan makanan dan terutama cairan berkurang, akan membuat kondisi sang ibu semakin parah. Kurang cairan membu at ibu hamil jarang buang air kecil sehingga kadar hormon kehamilan di dalam darah akan meningkat secara drastis.

Kondisi mual-mual ini pun akan semakin parah dan membuat tubuh lemas, bahkan  tak sedikit pasien yang ditemuinya pingsan akibat dampak hormon ini.

Kadar hormon beta-HCG itu akan menurun dengan sendirinya ketika kehamilan memasuki trimester kedua atau usia kehamilan mencapai enam bulan. Pertumbuhan janin juga semakin stabil di usia tersebut sehingga ibu hamil yang memang tubuhnya mampu dan kuat menjalankan puasa biasanya diperbolehkan.

Namun, kembali Dwiana menggarisbawahi satu kondisi yang sangat tidak dibolehkan berpuasa bagi ibu hamil, yaitu jika berat badan sang ibu hamil tidak meningkat atau bahkan menurun. Menurutnya, jika puasa tetap dilanjutkan, itu akan membahayakan kondisi janin dan kesehatan sang ibu.

Ibu hamil yang menderita penyakit kronis juga perlu mengonsultasikan diri kepada dokter, terutama ibu hamil yang menderita hipertensi, gangguan sistem pencernaan, diabetes melitus, serta sering mengalami pendarahan (flek).

Dr Alvin menambahkan, semua ibu hamil yang kandungannya telah memasuki trimester kedua dan akan berpuasa harus memperhatikan persiapan sebelum puasa. Itu berarti, menu makanan ibu hamil saat sahur harus disesuaikan. Dr Alvin meminta agar ibu hamil mem perbanyak konsumsi sayur dan buah serta minum susu khusus wanita hamil pada bulan Ramadhan.

Pilih makanan yang bergizi dengan komposisi yang seimbang, banyak mengandung protein dan mineral, seperti zat seng dan vitamin C. Jika perlu, minum suplemen vitamin dan mineral prenatal. rep:c91

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement