Helikopter Basarnas Dilengkapi Teknologi Canggih

Jumat , 07 Jul 2017, 19:13 WIB
Wakil Ketua Komisi V DPR Lasarus
Foto: Humas DPR
Wakil Ketua Komisi V DPR Lasarus

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Helikopter jenis Dauphin milik Basarnas yang mengalami kecelakaan di Temanggung, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu, dinilai DALAM kondisi layak terbang. Selain memiliki teknologi yang canggih, helikopter ini juga belum mencapai 600 jam terbang. Komisi V DPR mengharapkan adanya perbaikan standar operasional kedepannya.

Demikian dikatakan Wakil Ketua Komisi V DPR Lasarus saat kunjungan ke Kantor SAR Semarang, Jawa Tengah, Selasa (4/7). Anggota dewan melakukan kunjungan guna menggali keterangan mengenai kecelakaan helikopter Basarnas. Kunjungan itu dipimpin Ketua Komisi V DPR Fary Djemi Francis (Fraksi Gerindra).

“Kami mengharapkan adanya perbaikan ke depan. Kenapa saya katakan perlu adanya ada perbaikan, karena menurut keterangan dari pihak Basarnas, BMKG, maupun Air Nav, bahwa kondisi helikopter masih baik dan baru. Helikopter jenis ini cukupcanggih, sehingga helikopter ini dirancang kegiatan-kegiatan resque atau penyelataman,” jelas Lasarus.

Politisi Fraksi PDI Perjuangan itu pun menilai, teknologi canggih itu pun diharapkan dapat mendukung kinerja Basarnas. Namun ia tak memungkiri, mungkin ada faktor-faktor tertentu yang tak dapat diprediksi, sehingga menyebabkan kecelakaan terjadi. Apalagi, helikopter itu terbang pada sore hari, dengan rute perjalanan pegunungan, yang mungkin kabut muncul secara tiba-tiba.

“Harus kita akui, teknologi sehebat apapun, tidak pernah bisa menaklukkan alam. BMKG bilang, tiba-tiba timbul kabut, tidak dapat diprediksi. Tidak mungkin ada alat yang dapat memperbarui informasi per detik, tapi per menit. Jadi, harusnya ada pertimbangan kenapa helikopter ini dioperasikan,” analisa Lasarus.

Lasarus memastikan, kendati Komisi V DPR menggali berbagai informasi berbagai pihak terkait, pihaknya tidak ingin menyimpulkan penyebab kecelakaan. Komisi V DPR pun tetap menunggu hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) melalui blackbox, yang telah ditemukan.

“Kalau kita katakana human error, ini terlalu dini. Biarlah nanti dari KNKT yang mengungkapnya. Saya tidak mau mendahului KNKT, kita ingin cari tahu, apakah ada kesalahan dalam proses operasionalisasi helikopter itu. Kita harus iktiar agar bisa kita perbaiki ke depan, jangan sampai ini terjadi lagi,” imbuh politisi asal dapil Kalimantan Barat itu.

Sebagaimana diketahui, helikopter Basarnas jenis Dauphin mengalami kecelakaan di Gunung Butak, Desa Canggal, Kecamatan Candiroto, Temanggung, Minggu (2/7/). Pesawat yang sedianya melakukan pantauan udara dan memberikan bantuan pada saat meletusnya Kawah Sileri di Dieng, mengalami hilang kontak pukul 16.17 WIB. Delapan orang menjadi korban kecelakaan naas ini, yang terdiri dari empat kru helikopter, dan empat anggota tim SAR.