DPR: Senjata yang Menewaskan Prajurit TNI Baru Dibeli dari Cina pada 2008

Kamis , 18 May 2017, 14:56 WIB
Anggota TNI mengikuti latihan militer (ilustrasi).
Foto: Antara/Rahmad
Anggota TNI mengikuti latihan militer (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, TB Hasanuddin mengatakan, DPR turut belasungkawa atas gugurnya empat prajurit TNI saat latihan tempur di Natuna, Kepulauan Riau. Dia juga meminta agar pihak terkait segera melakukan investigasi terkait kecelakaan yang memilukan tersebut. Apalagi kecelakaan senjata di Natuna menjadi menarik karena senjata Giant Bow pabrikan Cina itu masih tergolong baru dan baru dibeli pada 2008 silam.

 

"Kita akan meminta TNI untuk menjelaskan di Komisi I, mengapa sebab-sebab itu, nanti hasilnya seperti apa kita lakukan sebuah keputusan yang terbaik. Alat tersebut kan (baru) dibeli tahun 2008 dari produk Cina. Saya kira itu masih baru," kata politikus PDI Perjuangan, saat ditemui di Kompleks Parlemen, Kamis (18/5).

Menurut TB Hasanuddin, memang senjata otomatis mengalami kerusakan akan terus memutar sendiri tanpa terkendali. Namun, kata dia, senjata itu tidak akan menembak kalau memang prajurit tersebut melepas injakannya meski terus memutar.

Maka dari itu, dibutuhkan investigasi untuk mengetahui penyebabnya. "Apakah alat bidik otomatisnya itu tidak bekerja atau bagaimana?" tanyanya dengan heran.

TB Hasanuddin mengatakan, senjata asal pabrikan Cina itu ditempatkan di batalyon artileri pertahanan udara Kostrad. Dia juga menolak apabila senjata itu dianggap usang atau tidak layak pakai, justru senjata tersebut tergolong masih baru dan sangat layak untuk digunakan.

Karena senjata yang digantikan saja digunakan dari 1950, kemudian diganti pada 2008 lalu. "Artinya senjata sebelumnya kan berusia 58 tahun lebih dan ini baru tujuh tujuh tahun," terangnya.

Baca Juga: Ini Kronologi Gugurnya 4 Prajurit PPRC TNI di Natuna.