Setnov: Jika Terus Saling Hujat, Tradisi Kebangsaan Bisa Hilang

Rabu , 17 May 2017, 11:53 WIB
Ketua DPR RI Setya Novanto
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Ketua DPR RI Setya Novanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Setya Novanto mengingatkan tradisi kebangsaan dan keindonesiaan bisa hilang dalam suasana yang terjerumus dalam berbagai perbedaan. Kemudian tatanan luhur kemasyarakatan juga kehilangan jejak dalam situasi yang diwarnai ragam kepentingan.

Itu semua, katanya, bisa hilang jika sikap saling menghujat dan memfitnah terus berlanjut. "Tentu saja, kita tidak menafikan perbedaan. Kita pun tidak menutup mata atas ragam kepentingan. Namun, mengelola perbedaan dan ragam kepentingan adalah ciri kedewasaan dan kematangan dalam berdemokrasi," ujar pria yang akrab disapa Setnov, dalam siaran persnya, Rabu (17/5).

Menurut Setnov, mengelola perbedaan dan ragam kepentingan inilah sebagai tantangan terbesar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini. Lanjutnya, memang tidaklah mudah, perbedaan lebih mudah mendefinisikan satu sama lain dibandingkan persamaan dan kebersamaan. Namun demikian, tradisi luhur Indonesia telah mewariskan tentang sikap dan perilaku menghargai perbedaan dan menjadikannya sebagai kekuatan. Nilai-nilai kebangsaan dan keindonesiaan tidak alergi terhadap perbedaan, melainkan memakluminya sebagai realitas yang harus diterima dan dijadikan kekuatan dalam bingkai NKRI.

Oleh karena itu, pihaknya mendukung segala langkah-langkah pemerintah dalam mengambil posisi yang tegas terhadap berbagai pihak yang mengancam keutuhan bangsa dan kedaulatan NKRI. Dia juga mendukung usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka merangkul seluruh kalangan yang berbeda, baik agama, suku maupun ras untuk senantiasa mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa dan tujuan bersama seluruh rakyat Indonesia.

kata Setnov, memang tidak dipungkiri, momentum politik yang sejatinya mengasah kedewasaan dan kematangan dalam berdemokrasi, belum sepenuhnya dipersepsikan dengan baik oleh beberapa komponen masyarakat. Justru kebebasan bersuara dan berpendapat terkadang disalurkan dengan cara-cara yang kurang bijaksana sehingga menimbulkan keresahan dan kegelisahan di tengah masyarakat.

Kemudian Setnov mengajak kepada seluruh komponen bangsa dari berbagai lapisan masyarakat, profesi dan keahlian, serta berbagai posisi dalam status dan kedudukan, untuk senantiasa memberi dan menularkan energi positif kepada sesama anak bangsa. Tanamkan benih-benih semangat toleransi dan persaudaraan sebagai sesama anak bangsa sehingga makna Bhinneka Tunggal Ika terpatri dalam ladang pikiran dan hati seluruh komponen bangsa ini.

"Energi itulah yang akan meminimalisir hingga menghilangkan stigma-stigma dan persepsi-persepsi yang keliru dan tidak bertanggung jawab antara sesama masyarakat, sesama warga negara dan sesama rakyat Indonesia," ujarnya.