Ini Catatan Komisi IV Saat Mengunjungi Pabrik Semen Rembang

Jumat , 14 Apr 2017, 15:31 WIB
Warga ring I pabrik semen PT Semen Indonesia (persero) Tbk menyambut kedatangan rombongan Komisi IV DPR RI dengan berbagai spanduk dukungan terhadap operasional pabrik semen ini, Kamis (14/4).
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Warga ring I pabrik semen PT Semen Indonesia (persero) Tbk menyambut kedatangan rombongan Komisi IV DPR RI dengan berbagai spanduk dukungan terhadap operasional pabrik semen ini, Kamis (14/4).

REPUBLIKA.CO.ID, REMBANG -- Komisi IV DPR mengunjungi pabrik Semen Indonesia di Rembang, Kamis (13/4). Ketua Komisi IV DPR RI, Edhy Prabowo menyampaikan, kunjungannya ke lokasi pabrik untuk mencari tahu situasi dan kondisi sesungguhnya yang terjadi agar diperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai soal pabrik semen ini.

Kunjungan ini merupakan bentuk keseriusan legislatif terhadap pentingnya pembangunan pabrik Semen Indonesia di Rembang. “Apalagi melihat antusiasme dari warga sekitar (ring I) pabrik semen ini,” katanya.

Politisi Partai Gerindra ini juga mengatakan, polemik pabrik Semen Rembang menjadi isu nasional yang mencuat karena ada yang menolak pembangunan pabrik semen milik BUMN ini.

Warga Ring I Bersyukur Pabrik Semen Rembang Boleh Beroperasi

Saat menyambangi warga di ring I pabrik semen Rembang ini, Ketua Komisi IV DPR RI, Edhy Prabowo juga sempat mempersoalkan industri semen asing yang disebutnya lebih mudah dalam berinvestasi ketimbang pabrik semen milik BUMN, seperti PT Semen Indonesia di Rembang.

Sebab yang didengarnya, masih ada setidaknya lima investor asing yang juga ingin membangun pabrik semen. Saat ini operasional pabrik Semen Indonesia di Rembang yang harus melalui proses panjang hingga sampai Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Bahkan juga masih menunggu pembuktian dan kajian lebih lanjut terkait dengan pembuktian sumber air di bawah Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih.

“Pertanyaan saya, apakah syarat-syarat yang diberikan kepada BUMN itu diterapkan kepada swasta juga?,” katanya.

Bahkan, masih jelas Edhy, dalam prosesnya, seolah- olah kehadiran industri Semen Indonesia ini tak ada keberpihakan kepada masyarakat. “Padahal keberadaan Semen Rembang diakui dan diterima rakyat, karena kami sudah melihat sendiri,” kata dia.