Kecanggihan Pesawat Tempur Berlu Dilengkapi Perawatan Bagus

Selasa , 04 Apr 2017, 16:08 WIB
Anggota Komisi I Djoko Udjianto.
Foto: dpr
Anggota Komisi I Djoko Udjianto.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Komisi I DPR merasa bangga kepada pilot-pilot TNI AU yang dengan gagah dan berani mati menerbangkan pesawat tempur F-16 A/B TS-1603 yang dilengkapi peralatan canggih dalam latihan dan pengamanan terhadap wilayah NKRI. Meski demikian, Anggota Komisi I Djoko Udjianto mengatakan alat-alat yang tidak dilengkapi dengan maintenance yang bagus sehingga pesawat tersebut tergelincir di landasan Bandara Sultan Syarif Karim II, Pekanbaru, beberapa waktu yang lalu.

 

“Ini menjadi perhatian Komisi I agar dalam perencanaan di Kemenhan betul-betul cermat, jangan sembarangan,” kata politikus F-PD ini, saat pertemuan dengan Danlanud Roesmin Nurjadin (RsN), Pekanbaru, Marsma TNI Henri Alfiandi, belum lama ini.

 

Politisi asal Dapil Jateng III mengatakan, dalam kurun waktu 2015-2016 ini tercatat terjadi beberapa kecelakaan pesawat TNI AU. Pesawat milik TNI AU yang mengalami kecelakaan pada tahun 2015 adalah pesawat F-16 terbakar di Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta (16 April 2015) dan pesawat tempur T-501 Golden Eagle milik TNI AU di Yogyakarta (20 Desember 2015).

Alutsista di Lanud Roesmin Nurjadin Perlu Penambahan Anggaran

 

Pada tahun 2016 lalu, pesawat TNI AU yang mengalami kecelakaan, adalah pesawat Super Tucano milik TNI AU jatuh di Malang, Jawa Timur (10 Februari 2016), pesawat tempur F-16 A/B TS-1603 tergelincir di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Riau (14 Maret 2016).

 

“Ini kan alat mahal yang dioperasikan oleh orang-orang pintar. Penerbangnya pasti orang-orang pilihan, cerdas, pintar dan dipercaya untuk mengoperasikan barang mahal yang nilainya Rp 800 miliar,” kata Djoko.

TNI AU lanjut dia, mempunyai pilot-pilot yang bagus, tapi jangan yang diterbangkan pesawat yang tidak oke. Apalagi investasi menjadi penerbang itu sangat mahal. “Jadi, mengelola aset negara yang nilainya Rp 800 miliar itu harus betul-betul diperhatikan, jangan setengah-setengah. Karena Komisi I serius betul memperjuangkan anggaran TNI dalam rangka alutsista yang modern ini,” ujar dia.

 

Sebagai salah satu pimpinan di Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, dia berjanji akan konsentrasi penuh dalam rangka memenuhi Minimum Essential Force (MEF) ini. Tetapi perlu diketahui bahwa di TNI itu kalau diberi anggaran tidak pernah habis, minta anggarannya lebih tapi tidak pernah dipakai habis.

“Jangan juga asal beli, seperti beli pesawat tempur Leopard tidak bisa jalan, beli kapal selam terpedonya tidak bisa lepas,” kata dia.

 

Anggota Komisi I, Jazuli Juwaini dari F-PKS berharap TNI AU tangguh dan berwibawa. Untuk menjadi tangguh dan berwibawa itu petanya harus jelas. “Kalau tidak, nanti berapapun anggaran yang diberikan tidak digunakan dengan baik. Ini bahaya juga, Karena itu harus berkordinasi dengan Kemenham,” kata Jazuli.