Penyerapan Anggaran Jabar Dinilai Lambat

Jumat , 03 Mar 2017, 13:28 WIB
Penyerapan Anggaran (ilustrasi)
Penyerapan Anggaran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Tim Kunker Komisi XI DPR Marwan Cik Asan mengkritik penyerapan anggaran di Jawa Barat yang lambat. Hal itu dikemukakannya saat memimpin kunjungan kerja ke Provinsi Jawa Barat didampingi 16 orang Anggota Dewan, Senin (27/2).

“Berdasarkan beberapa temuan BPK RI bahwa terjadi keterlambatan penyerapan anggaran  di pusat maupun daerah. Bagaimana penyerapan anggaran APBD Prov. Jabar, apakah terjadi penumpukan di akhir tahun anggaran atau tidak dan langkah-langkah apa yang telah dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa keuangan (BPK) Perwakilan Prov. Jabar," ujar Marwan saat membuka rapat di Gedung  BPK Prov. Jawa Barat.

Politikus Partai Demokrat itu menegaskan kunjungannya dalam masa reses ini adalah untuk mendapatkan masukkan dari berbagai pemangku kepentingan yang berkaitan dengan kesimpangsiurannya masalah penyerapan anggaran daerah yang telah berjalan 3 tahun terakhir.

Kepala Perwakilan BPK Jabar Arman Syifa menanggapi pertanyaan Tim Komisi XI DPR tentang upaya yang dilakukan BPK Jawa Barat dalam melakukan enpowering terhadap Pegawai Pemerintah Prov. Jabar sehingga penyajian laporan keuangan daerah menjadi lebih baik. Upaya yang dilakukan yaitu dengan memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah agar menggunakan SDM sesuai kompetisi dan sesuai dengan latar belakang pendidikan. Pihaknya juga meningkatkan kompetensi melalui diklat dan bimtek dan jika diperlukan melakukan pendampingan oleh BPKP dalam perbaikan system dan penyajian laporan keuangan daerah.

Selain itu juga mendorong Pemda untuk melakukan studi banding dengan Pemda lain yang telah lebih baik dalam melakjukan pengelolaan keuangan. Dalam kesempatan itu, Kepala Perwakilan BPKP Prov. Jabar Deni Suardini menyampaikan langkah langkah yang sudah dilakukan oleh BPKP agar pengelolaan dana desa dapat berjalan secara transparan dan akuntabel.

Langkah-langkah yang dilakukan perwakilan BPKP Prov. Jabar adalah dengan menyediakan tools berupa Aplikasi Sistem Keuangan Desa (siskeudes) bekerjasama dengan Kemendagri serta melakukan pelatihan/bimtek implementasi Siskeudes kepada perangkat desa.

“Hambatan utama belum dilaksanakannya Siskeudes tersebut adalah tidak adanya anggaran yang disediakan pemerintah daerah untuk pendampingan pelatihan perangkat desa," kata Deni.