Pemerintah Diminta Perhatikan Distribusi Pangan Saat Musim Hujan

Selasa , 28 Feb 2017, 10:21 WIB
Jelang ramadhan harga sembako terus merangkak naik.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Jelang ramadhan harga sembako terus merangkak naik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Anggota Komisi IV DPR RI  Akmal Pasluddin meminta kepada pemerintah untuk memperhatikan secara serius distribusi pangan saat musim hujan. Sebab, musim yang terjadi pada siklus lima tahunan itu memberi dampak pada banjir dan longsor.

Hal ini diperparah dengan kondisi rantai distribusi (supply chain management) yang belum baik, khususnya saat musim hujan. Sehingga, kondisi seperti ini dapat mengganggu produksi pangan tidak optimal dan memerlukan penanganan pada masalah manajemen stok pangan.

“Saya yakin pemerintah sudah menyadari bahwa pada musim hujan yang sangat intens ini akan menimbulkan dampak serius pada bencana sekaligus mempengaruhi kondisi pangan baik produksi, distribusi maupun tata niaganya,” ujar Akmal dalam keterangan tertulisnya, Senin (27/2).

Produksi pangan, khususnya yang bersifat pokok, seperti beras, sangat terpengaruhi oleh kondisi musim hujan. Kondisi ini memberikan dampak pada kualitas gabah yang rendah karena kandungan air yang tinggi, hingga pada kegagalan panen akibat hama penyakit yang semakin pesat pertumbuhannya.

“Kandungan air pada gabah dapat diatasi dengan teknologi pasca panen, namun gagal panen dapat menimbulkan rentetan masalah dimulai dari manajemen stok hingga tata niaga yang berujung pada keresahan masyarakat baik petani sebagai produsen maupun masyarakat umum sebagai konsumen,” ujar Anggota DPR Fraksi PKS ini.

Terkait dengan distribusi pangan, tambah Akmal, Presiden Jokowi sendiri mengakui bahwa persoalan ini belum teratasi sesuai harapan meski sudah 2 tahun pemerintahannya berjalan. Pemerintah sudah berupaya memperbaiki manajemen stok pangan namun terganjal oleh para pengganggu mata rantai distribusi pangan termasuk spekulan.

“Pada pengendalian harga pangan dan transparansinya, pemerintah saat ini tidak ada salahnya mencontoh pemerintah pada tahun 90an era Suharto. Saat itu lembaga penyiaran dengan jangkauan luas seperti Televisi dan Radio benar-benar corong pemerintah untuk memberikan informasi berharga tata niaga pangan untuk kepentingan petani dan masyarakat secara keseluruhan,” katanya.

Dengan kondisi ini, banyak keluhan dari para petani dalam hal pangan pokok maupun pendukung. Sebagian sentra pertanian banyak mengalami kegagalan akibat cuaca yang tidak menentu. Apabila pemerintah masih mengklaim produksi masih surplus, maka dapat dipastikan ada kesalahan pada distribusi yang berujung pada mahalnya harga pangan.

Hal itu dapat dibuktikan dari komoditi yang saat ini di luar kewajaran, seperti bawang merah dan cabai.

Namun bila pemerintah tidak antisipasi dengan cepat, ke depan beras juga akan terancam terganggu harganya. Alumni IPB ini berharap siklus musim hujan lima  tahunan ini dapat diatasi pemerintah dengan baik karena curah hujan yang tinggi saat ini sudah membuktikan menimbulkan banjir di berbagai daerah.

"Dengan kondisi musim hujan yang sangat intens ini, maka persoalan distribusi pangan perlu perhatian lebih untuk meminimalisir gejolak harga yang berdampak pada terganggunya tataniaga pangan,” kata dia.