'Perubahan Iklim Lebih Berbahaya Dibanding Terorisme'

Kamis , 15 Dec 2016, 17:12 WIB
Terumbu karang Great Barrier Reef di Australia memutih dan kehilangan penutupnya akibat badai, perubahan iklim dan ledakan populasi bintang laut berduri
Foto: REUTERS
Terumbu karang Great Barrier Reef di Australia memutih dan kehilangan penutupnya akibat badai, perubahan iklim dan ledakan populasi bintang laut berduri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua BKSAP DPR RI Nurhayati Ali Assegaf menerima kunjungan President Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) H.E. Mr. Hidetoshi Nishimura di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (15/12). Dalam pertemuan tersebut Ketua BKSAP dan peneliti dari ERIA membahas isu tentang pentingnya penangan perubahan iklim.

“Masalah perubahan iklim, tanah longsor, gempa bumi dan banjir, ternyata lebih bahaya karena menghilangkan nyawa manusia ketimbang masalah terorisme. Kalau teroris bisa dilihat secara kasat mata, tetapi perubahan iklim yang terjadi di wilayah geografi Indonesia yang berada diantara dua lempengan pasifik dan Australia, sangat berbahaya dan sangat rawan,” ucap Nurhayati.

Politisi Demokrat ini mengatakan kepada peneliti untuk mensosialisasikan dan mengangkat isu tentang bahaya perubahan iklim, sehingga dapat menurunkan tingkat risiko yang akan terjadi. “Mengangkat isu perubahan iklim ini yang kami minta kepada ERIA. Dunia sudah sepakat memberantas teroris, semua orang tahu bahaya teroris, sementara orang belum tahu bahaya perubahan iklim,” katanya.

The Economic Research Institute for ASEAN dan East Asia (ERIA) adalah organisasi internasional yang didirikan di Jakarta pada tahun 2008 melalui perjanjian formal antara Pemimpin dari 16 negara di kawasan Asia Timur untuk melakukan kegiatan penelitian dan membuat rekomendasi kebijakan untuk integrasi ekonomi lebih lanjut di ASEAN dan Asia Timur.

Sumber : pemberitaan dpr