Minat Generasi Muda Jadi Petani Turun

Ahad , 16 Oct 2016, 22:43 WIB
Sejumlah petani menyiangi sawah tadah hujan di Desa Porame, Kinovaro, Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (14/10).
Foto: Antara/ Basri Marzuki
Sejumlah petani menyiangi sawah tadah hujan di Desa Porame, Kinovaro, Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (14/10).

REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Anggota DPR RI Abdul Kadir Karding menuturkan minat generasi muda dalam mengelola lahan pertanian semakin menurun akibat rendahnya kesejahteraan petani di Indonesia. Menurut dia, generasi muda lebih memilih merantau ke kota ketimbang bercocok tanam.

Ia menuturkan sudah "blusukan" ke kelompok-kelompok tani di Kabupaten Magelang, Purworejo, Temanggung hingga Wonosobo dengan kesimpulan bahwa menjadi seorang petani tidak menarik bagi generasi muda, karena tidak ada nilai tambah. Ia mengatakan banyak masalah yang dihadapi petani Indonesia, misalnya maraknya sistem tengkulak, kendala transportasi, biaya produksi pertanian yang semakin mahal, pasar fluktuatif, serta rantai distribusi yang panjang.

"Kita promosi bangga menjadi petani pun akan sia-sia kalau taraf hidup petani tidak membaik. Maka pemerintah harus memberikan nilai tambah agar petani bisa sejahtera," katanya.

Ia mengatakan harga singkong di Lampung jatuh sehingga petani rugi besar, semula di kisaran Rp 2.000 per kilogram kini menjadi Rp 200 per kilogram. Ia mendesak pemerintah membeli produksi petani dengan harga standar. Ia mengemukakan Indonesia harus membangun sistem tradisi bertani. Sistem itu untuk memperbaiki tata niaga agar pertanian bisa menjadi profesi favorit masyarakat.

"Petani sebenarnya merupakan pekerjaan mulia. Mereka menyediakan sumber makanan bagi rakyat. Untuk itu, petani harus bisa hidup sejahtera," katanya.

Sumber : antara