DPR Sebut Nasib Nelayan dan Petani Makin Memprihatinkan

Ahad , 05 Jun 2016, 14:40 WIB
 Ratusan nelayan melakukan aksi dalam rangka hari nelayan di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Rabu (6/4).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ratusan nelayan melakukan aksi dalam rangka hari nelayan di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Rabu (6/4).

REPUBLIKA.CO.ID, PATI -- Anggota Komisi IV Firman Soebagyo prihatin atas nasib nelayan di Pantura, Jawa Tengah. Kondisi memprihatinkan tersebut muncul akibat kebijakan Permen Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Nomor 52 tentang pelarangan penggunaan alat cantrang.

"Hal tersebut semakin diperparah karena aparat kepolisian Polisi air dan TNI AL yang juga melakukan penangkapan yang kadang tidak jelas apa kesalahan nelayan," ujar Firman dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (5/6).

Firman pun meminta pemerintah agar benar-benar memahami kondisi rakyat yang semakin menderita. Menurut Firman, persoalan nelayan tidak bisa dianggap sepele karena menyangkut masalah perut. Kalau tidak ada kebijakan yang bisa menjawab kesulitan rakyat, maka bisa jadi akan menimbulkan kemarahan rakyat.

Apalagi di saat bersamaan, petani juga dihadapkan kepada persoalan yang sama. Posisi petani saat ini sedang panen raya bawang merah. Bawang merah tersebut hanya dibeli dengan harga Rp 20 ribu per kilogram. Sedangkan di pasaran harganya sudah mencapai Rp 40 ribu per kilogram.

"Ini sangat memprihatinkan karena pemerintah tidak ada kemampuan mengendalikan perilaku tengkulak yang menekan petani," kata dia.

Belum lagi peternak sapi yang mengeluhkan harga jual sapi hidup hanya Rp 40 ribu per kilogram. Sedangkan harga daging di pasaran sudah mencapai angka Rp 120 ribu per kilogram. Menurut Firman, pemerintah selalu mencari jalan pintas impor sebagai solusi untuk mengatasi tingginya harga pasaran tanpa diurai akan permasalahannya. Hal tersebut hanya akan membuat petani dan peternak menjadi korban kebijakan pemerintah.

"Di mana keperpihakan pemerintah kepada petani, peternak dan nelayan Indonesia?" ujarnya.