DPR: Pendidikan Indonesia Bergantung Kualitas Guru

Kamis , 26 Nov 2015, 10:17 WIB
Kepala sekolah dan guru SMP Bosowa Bina Insani Bogor sumringah menerima hadiah bunga dari para siswa pada Hari Guru, Rabu (25/11).
Foto: Dok SBBI
Kepala sekolah dan guru SMP Bosowa Bina Insani Bogor sumringah menerima hadiah bunga dari para siswa pada Hari Guru, Rabu (25/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPR RI Komisi X Reni Marlinawati mengatakan untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas tidak hanay sekadar memprioritaskan Wajib Belajar 12 Tahun saja. Tetapi juga perlu ada peningkatan kualitas guru.

"Mutu sebuah pendidikan adalah dengan mempersiapkan kualitas guru, tak cukup berguna jika sekolah dibuat tetapi tak ada guru yang memadai,"ujar dia kepada Republika.co.id, Kamis (26/11).

Menurutnya sehebat apapun kurikulum yang dibuat, itu hanya sebuah metodologis tanpa seorang guru yang hebat untuk menggunakannya.

Namun kebijakan Uji Kompetensi Guru (UKG) yang saat ini diwajibkan kepada setiap guru seharusnya tak jadi syarat mutlak penilaian kualitas guru.

Saat ini hanya 50 persen guru yang mampu memenuhi penilaian minimal kualitas guru melalui UKG. Tetapi dengan nilai yang rendah tidak bisa pemerintah menyebut setengah guru di Indonesia tidak bermutu.

Apalagi UKG saat ini digunakan untuk semua guru yang bahkan satu tahun kemudian sudah akan pensiun. Ini dinilai Reni tidaklah efektif.

Sehingga menurutnya peningkatan kualitas guru tak hanya berdasar pada UKG saja. Perlu ada pendekatan lain untuk mengetahui sejauh mana kualitas seorang guru berhasil mendidik siswa-siswinya.