Kamis 04 Oct 2018 18:53 WIB

GKR Hemas Menyanyi Galang Dana untuk Sulteng

Sejak tanggal 2 hingga 6 Oktober 2018 Yogyakarta menyelenggarakan JIBB 2018.

Anggota DPD GKR Hemas bernyanyi di Batik Musik Festival JIBB untuk menggalang dana bantuan bagi masyarakat Sulawesi Tengah.
Foto: dpd
Anggota DPD GKR Hemas bernyanyi di Batik Musik Festival JIBB untuk menggalang dana bantuan bagi masyarakat Sulawesi Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gempa bumi dan tsunami yang melanda Palu dan Donggala turut mengundang keprihatinan Gubernur DIY dan peserta Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2018. Bertempat di Pasar Beringharjo dan disaksikan masyarakat DIY serta Peserta JIBB 2018 (3/10), Anggota DPD GKR Hemas bernyanyi di Batik Musik Festival JIBB untuk menggalang dana bantuan bagi masyarakat Sulawesi Tengah.

Sejak tanggal 2 hingga 6 Oktober 2018 Yogyakarta menyelenggarakan JIBB 2018. Melanjutkan sukses penyelenggaraan pertama, maka sebagai tanggung jawab moral Yogyakarta dengan predikat Kota Batik Dunia diadakanlah kembali Jogjakarta International Batik Bienalle 2018 yang memang direncanakan untuk terselenggara dua tahun sekali (bienalle). Namun di tengah rangkaian agenda JIBB, panitia menyelenggarakan penggalangan dana.

Indonesia dianugerahi posisi geografis yang strategis. Secara global geologi, Indonesia dipengaruhi oleh pertemuan tiga lempeng besar yakni Lempeng Samudera Pasifik, Lempeng Benua Indo Australia, dan Lempeng Benua Eurasia.

Kondisi geologi Indonesia tersebut merupakan suatu fenomena kekayaan bumi yang spesifik. Kondisi ini ditambah pula dengan letaknya yang dibelah garis ekuator, sebagian termasuk di utara dan sebagiannya lagi di selatan khatulistiwa.

Hemas menekankan meskipun memiliki kekayaan sumber daya alam dan keindahan, namun dengan posisi tersebut Indonesia merupakan ring of fire, daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Kondisi geografis, geologis, dan demografis Indonesia menyebabkan negeri ini dikenal sebagai laboratorium bencana.

“Dengan kondisi tersebut, pertanyaannya sudahkah rakyat kita siap. Seberapa dalam pemahaman masyarakat kita terhadap mitigasi bencana?” tanya Hemas.

Hemas mengajak semu pihak untuk memeriksa tiap gedung-gedung dan fasilitas publik tertib memasang rambu-rambu mitigasi bencana. Sudahkah pemerintah pusat, daerah, hingga perusahaan swasta rutin melakukan simulasi bencana.

“Jika sosialisasi masif sudah dilaksanakan maka diharapkan kesiapsiagaan menjadi perilaku keseharian sehingga terwujud budaya mitigasi bencana masyarakat Indonesia," kata dia.

Selain itu, kepedulian kita dituntut bukan hanya pasca bencana, namun upaya preventif juga ditekankan agar meminimalkan korban jiwa. “Itulah sebab belakangan ini saya kerap mendorong sudah saatnya Indonesia memiliki Undang-Undang tentang kegeologian," kata GKR.

Festival Musik JIBB yang berhasil mengumpulkan Rp 24 juta lebih donasi para hadirin. Pada hari sebelumnya, Senator DIY tersebut ikut memberikan sumbangan dari uang pribadi Rp 50 juta melalui Senator Sulawesi Tengah Nurmawati Bantilan untuk rakyat Sulawesi Tengah, khususnya di Palu dan Donggala.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement