Jumat 03 Dec 2010 09:11 WIB

Bahaya Sekunder Erupsi Merapi Perlu Diwaspadai

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Bahaya sekunder pascaerupsi Gunung Merapi yaitu banjir lahar dingin harus terus diwaspadai terutama warga yang berada di dekat bantaran sungai yang berhulu di gunung itu.

"Oleh karena itu, di sungai tersebut dipasang alat peringatan dini banjir lahar dingin yang mampu mendeteksi jika terjadi banjir," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Surono, di Yogyakarta, Kamis.

Dalam sarasehan dengan tema 'Sinergi media dan masyarakat pulihkan daerah bencana letusan Gunung Merapi' di Yogyakarta, ia mengatakan sungai di Yogyakarta yang berhulu di Gunung Merapi adalah Boyong, Gendol, dan Kuning.

Alat tersebut, menurut dia, mampu mengirimkan pesan singkat di telepon seluler (SMS) yang memberitahukan terjadi banjir. "Namun, pesan singkat tersebut hanya dikirim kepada pemangku kepentingan bencana Merapi di antaranya bupati dan wali kota," kata Surono.

Ia mengatakan bahaya sekunder tersebut tidak kalah dahsyatnya dengan erupsi Merapi, karena saat ini ada sekitar 150 juta meter kubik material vulkanik yang memenuhi sungai-sungai yang berhulu di gunung itu.

Jika terjadi hujan dalam waktu lama di puncak Merapi, kata dia, endapan material vulkanik di sungai lereng gunung ini bisa terbawa aliran air meluncur, dan masuk ke sungai di bawahnya di antaranya Sungai Code.

"Oleh karena itu, warga yang bermukim di sekitar bantaran sungai-sungai tersebut harus selalu waspada," kata Surono.

Sementara itu, Ketua Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI) RA Anggraeni Notosrijoedono mengatakan penanganan terhadap setiap bencana yang terjadi di setiap provinsii di Indonesia tidak sama, terganntung kondisi dimana bencana terjadi.

Selain itu, menurut dia juga tergantung budaya, karakter, kebiasaan, serta nilai-nilai yang dianut di wilayah bencana. Sedangkan penanganan bencana di daerah rawan bencana dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu sebelum terjadi bencana perlu ada simulasi, brosur, serta penerangan tentang bencana secara rutin di daerah rawan bencana.

Saat terjadi bencana, kata dia, maka diusahakan warga tidak panik. "Untuk itu perlu penyuluhan tentang bencana kepada mereka, dan setelah terjadi bencana juga perlu dibuat wilayah binaan," katanya.

sumber : ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement