Kamis 18 Nov 2010 22:19 WIB
Antisipasi Banjir & Longsor Kabupaten Bandung

Rehabilitasi Lahan Kritis Sungai Citarum Terus Digenjot

REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG--Pememerintah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terus merehabilitasi lahan kritis di hulu Sungai Citarum bekerja sama dengan Perhutani dan BUMN lainnya. Rehabilitasi dilakukan dalam upaya pengendalian banjir dan longsor di daerah hilir.

"Kami gencar melakukan reboisasi di masing-masing Sub DAS Citarum, dengan harapan hutan bisa rimbun kembali yang berguna untuk menahan air," kata Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan (Distanhutbun) Kabupaten Bandung H A Tisna Umaran, Kamis (18/9).

Selain itu, ujar Tisna, Distanhutbun Kabupaten Bandung juga melakukan pengawasan dan penindakan terhadap sejumlah perusahaan yang membuang limbah sembarangan ke DAS Citarum. Upaya lain, kata Tisna, yakni dengan mengimbau masyarakat sekitar hulu sungai tersebut agar tidak menanam kol, wortel, dan jenis sayuran lain yang membuat tanah menjadi rentan longsor, karena resapan airnya berkurang.

"Seperti yang dilakukan masyarakat di areal hulu Sungai Citarum Kecamatan Kertasari. Kalau memang ingin menanam jenis tumbuhan seperti itu, seharusnya mereka memakai sistem 'sengekedan' atau penahan pada lahan tanamannya," ujar Tisna. Ia menyampaikan imbauan tersebut, karena pemanfaatan lahan untuk menanam sayuran di hulu sungai terpanjang di Provinsi Jawa Barat ini kian marak, dengan alasan tuntutan ekonomi.

Bila masyarakat beralasan kebutuhan ekonomi, menurut Tisna lahan tersebut bisa ditanami pohon kopi. Selain bernilai ekonomis tinggi, tanaman kopi juga mampu menyerap air sehingga membuat lahan tidak cepat kritis.

Pemilihan jenis tanaman dengan tepat katanya,juga dapat melestarikan lingkungannya, sehingga masyarakat bisa menikmati nilai ekonomis lahan dan tanamannya, sekaligus ikut menjaga kelestarian alam sekitar. Tisna mengatakan, banyaknya bencana alam, seperti banjir dan longsor, tidak hanya disebabkan hulu sungai yang kritis, melainkan ada andil masyarakat yang tidak menjaga daerah aliran sungai tersebut.

Tisna juga mengakui masih ada pihak-pihak yang kurang memiliki kesadaran terhadap kelestarian alam, sehingga saat terjadi bencana alam, mereka menuding kejadian itu disebabkan oleh fenomena alam.

"Padahal kalau kita sadari, semuanya merupakan kesalahan kita sendiri yang tidak peduli terhadap kelestarian alam," ujar Tisna. Selain rendahnya kesadaran terhadap pelestarian lingkungan, kata Tisna, krisis lingkungan juga disebabkan oleh proses pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan, yang bila terus dibiarkan akan berdampak besar terhadap kerusakan lingkungan yang lebih parah.

sumber : Ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement