Rabu 27 Oct 2010 01:59 WIB

Ratusan Lansia, Perempuan, dan Anak-anak Sudah di Pengungsian

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Endro Yuwanto
Masyarakat  sekitar gunung Merapi mulai menggunakan masker.
Foto: antara
Masyarakat sekitar gunung Merapi mulai menggunakan masker.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN--Kepala Dusun Kaliurang, Sleman, Timur Ngadiono, mengatakan, warganya berjumlah sekitar 1200 orang dan yang sudah mengungsi berjumlah 263 orang. Mereka yang sudah mengungsi adalah para lanjut usia, anak-anak, ibu hamil dan ibu menyusui. Sedangkan  warga lainnya terutama yang laki-laki masih berada di rumah masing-masing.

''Namun apabila ada bunyi petir dan suara sirine dan pentingan, lokasi harus dikosongkan,'' kata Bejo saat Wakil Presiden Boediono meninjau lokasi pengungsian di  Hargobinangun, Pakem, Sleman, Selasa (26/10). Para pengungsi tersebut mengharapkan tidak terlalu lama mengungsi. Di tempat pengungsian ini, Boediono disambut nyanyian oleh para pengungsi lanjut usia.

Pada kesempatan ini Boediono mengatakan, karena kondisi di Gunung Merapi sudah awas, diharapkan ibu-ibu bersedia mengungsi. ''Ibu-ibu dan anak-anak lebih aman di sini,''kata dia.

Para pengungsi berharap tidak terlalu lama berada di pengungsian. ''Saya mengharapkan tidak terjadi letusan, tetapi kalau Merapi mau meletus ya segera meletus supaya bisa segera kembali ke rumah dan tidak terlalu lama mengungsi,''kata Siyah (35 tahun) pada Republika, di tempat pengungsian lanjut usia, perempuan dan anak-anak, Desa Hargobinangun, Pakem, Sleman. .

Hal senada juga dikemukakan Mbah Atmo (65 tahun). Dia sudah dua kali ini ikut mengungsi yaitu pada waktu tahun 2006 dan sekarang. Dia berharap agar tidak terlalu lama di pengungsian. ''Meskipun makanan dijamin pemerintah, tetapi tetap enak di rumah sendiri,''tutur dia.

Siyah yang  sedang hamil delapan bulan ini mengungsi bersama seorang anak laki-lakinya berusia 10 tahun. Dia mengaku baru kali ini mengungsi. Pada waktu terjadi bencana Merapi tahun 2006 dia memilih berada di rumahnya Kaliurang. ''Sekarang saya ikut mengungsi karena disuruh mengungsi oleh tim SAR karena saya sedang hamil,''tutur dia.

Akhir-akhir ini memang dia mendengar suara guguran lava dari rumahnya. Tetapi hal itu bagi dia merupakan hal yang biasa. ''Namun tadi malam (red.Seleasa dini hari), kata suami saya, sekitar pukul satu malam  sudah kritis, banyak batu kerikil berjatuhan suaranya seperti gludhug,''cerita dia. 

Siyah mengungsi bersama warga lainnya sejak Senin siang sekitar pukul 14.00. Sedangkan suaminya dan adik Siyah masih tinggal di rumah untuk menjaga rumah dan ternaknya.

Menurut Bejom untuk anak-anak pengungsi yang sekolah di SD Kaliurang, selama berada di pengungsian sekolahnya dipindahkan di SD Hargobinangun. ''Saat ini ada tiga sekolah di Kaliurang yang untuk sementara digabung dengan sekolah di Hargobinangun, yaitu satu TK dan dua SD,''kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement