Selasa 31 Aug 2010 08:20 WIB

Wilayah Landas Kontinen Indonesia Bertambah 4.209 Km2

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Indonesia mendapat tambahan wilayah baru yang menjadi bagian yurisdiksi Indonesia dasar laut di luar 200 mil laut (NM) seluas 4.209 km2 terletak bagian Barat Aceh.  "Setelah perjuangan panjang pada 17 Agustus 2010 waktu New York akhirnya PBB dapat menerima submisi Indonesia," kata Kepala Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) Dr Asep Karsidi, di Jakarta, Senin.

Submisi wilayah di luar 200 mil laut (Extended Continental Shelf/ ECS) ini berhak dilakukan Indonesia sebagai negara pihak terhadap UNCLOS (konvensi hukum laut PBB) yang telah diratifikasi Indonesia pada 1982 melalui UU No 17/1985.  Perjuangan tersebut, menurut Asep, dimulai sejak 2008 ketika Indonesia berhasil menuntaskan dokumen submisi tahap pertama berisikan hasil kajian dan analisis data hasil survei di sebelah Barat Aceh.

Dokumen tersebut diterima PBB pada 25 Juni 2008 dan dibahas pada sidang "Commission on the Limits of the Continental Shelf" (CLCS) di bulan Mei 2009, disusul berbagai pertemuan lanjutan untuk membahasnya.

Akhirnya pada sidang pleno 17 Agustus 2010 submisi Indonesia diterima dengan baik sehingga batas wilayah landas kontinen Indonesia bertambah seluas 4.209 km2. "Ini adalah prestasi besar bangsa yang patut dibanggakan dimana kita mendapat pengakuan internasional. Dukungan data survei dan pemetaan adalah bukti kemampuan survei dan pemetaan kita tak kalah dibanding negara-negara maju, meski sarana pemetaan sangat terbatas," kata Asep.

Untuk keperluan submisi ini Bakosurtanal sejak 2003 telah mengkoordinasi berbagai instansi yakni BPPT, LIPI, Kementerian ESDM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Hidrografi TNI AL, dan Kementerian Luar Negeri. Diawali dengan pengkajian Desktop Study berdasarkan data global yang dilakukan para ahli Indonesia untuk menentukan lokasi-lokasi potensial untuk kepentingan submisi akhirnya dihasilkan tiga lokasi potensial yakni di sebelah Barat Sumatera, Selatan NTB dan Utara Papua.

Namun data global itu harus dipertajam dan dilengkapi bukti-bukti ilmiah sesuai panduan CLCS, sehingga pihaknya pada 2006 dengan menumpang kapal riset Sonne milik Jerman yang melakukan survei tentang dampak tsunami Aceh melengkapi data tersebut, ditambah pada Februari menggunakan kapal riset Baruna Jaya II. Pakar dari Pusat Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan Bakosurtanal Dr Eng Khafid, mengatakan submisi seluas 4.209 km2 baru merupakan awal dari submisi yang berlipat-lipat kali lebih luas di tiga lokasi potensial lainnya di sebelah Barat Sumatera, Selatan NTB dan Utara Papua.

sumber : ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement