Senin 19 Jul 2010 01:57 WIB

Pengusaha Sepatu Mulai Dihantui Kenaikan TDL

Rep: asan haji/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,SIDOARJO – Pengusaha sepatu yang tergabung dalam Asosiasi Persepatuan Indonesia (Apraisindo) Jawa Timur mulai mengeluh. Sebab, kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) sebesar 15 persen yang harus dibayar mulai bulan depan sudah menghantui mereka.

‘’Kenaikan TDL itu menyebabkan biaya produksi naik 10 persen. Sementara, harga tak mungkin dinaikkan, mengingat persaingan sangat ketat. Produk sepatu luar negeri banyak yang membanjiri Indonesia, termasuk wilayah Jawa ini,’’ tutur Ketua Apraisindo Jawa Timur, Sutan Siregar, saat dihubungi, Ahad  (18/7).

Jika memaksakan diri menaikkan harga, terang dia, akan membuat kalangan industri sepatu seperti di Sidoarjo ini bakal semakin habis. Sebab, menurut dia, sepatu produk China sangat murah. Belum lagi produk sepatu impor linnya yang di pasaran dijual dengan harga di bawah sepatu produk domistik.

Makanya, tandas dia, pengusaha sepatu mulai terhantui naiknya TDL. Sebab, biaya produksi secara otomatis, bakal naik. Itu karena dalam proses produksi sepatu banyak yang menggunakan energi listrik.

Untuk menyiasati agar tetap bisa bertahan, penguasaha berusaha mengurangi penggunaan energi listrik. Mesin-mesin yang memakai energi listrik dikurangi pemakaiannya. Selain itu, kerja lembur juga harus dikurangi.

Pengurangan tersebut, diyakini dia akan berdampak pada hasil produksi. Padahal, pasokan atau penuplai terbesar sepatu itu mayoritas dari Jawa Timur. Berdasarkan komposisi yang ada di Apraisindo, Jawa Timur menyumbang 70 persen dari total produksi sepatu nasional. Sedangkan sisanya sebanyak 30 persen dihasilkan Jawa Barat dan daerah lainnya.

Bahkan, sejak Januari hingga Juni 2010 ini permintaan sepatu di Jawa Timur mencapai 40 juta pasang. Pada semester kedua, permintaan tersebut diyakini bisa berkurang. Sebab, kebutuhan untuk anak-anak sekolah dan lebaran telah dikirim sejak bulan lalu.

Permintaan itu menurut dia akan normal kembali, kemungkinannya baru mulai Oktober 2010. Meski begitu, para pengusaha sepatu di kawasan Sidoarjo, khususnya berharap agar pemerintah melakukan evaluasi kembali terhadap kebijakan kenaikan TDL itu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement