Rabu 08 Dec 2010 00:56 WIB

Titik Kemacetan di Kota Tangerang Bertambah

Rep: C25/ Red: Budi Raharjo

REPUBLIKA.CO.ID,TANGERANG--Jumlah titik kemacetan lalu lintas di Kota Tangerang terus bertambah. Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang terus melakukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut.

Sekretaris Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Tangerang, Fatchul Hadi, mengatakan tahun 2009 lalu jumlah titik kemacetan di seluruh ruas jalan Kota Tangerang hanya sebanyak 25 titik. Hingga akhir tahun 2010, jumlah titik kemacetan tersebut bertambah menjadi 35 titik.

“Titik kemacetan terparah diantaranya ada di Ciledug, Cipulir, Sangiyang, Jalan M Toha, dan pertigaan Cadas,” kata Fathul kepada Republika, Selasa (7/12).

Fathul mengatakan, bertambahnya jumlah titik kemacetan tersebut disebabkan oleh beb erapa faktor. Diantaranya adalah minimnya persnonil Dishub yang mengatur lalu lintas. Dari 87 orang personil Dalops  (Pengendali Operasi) Dishub, hanya 30 orang saja yang ditugaskan mengatur lalu lintas di jalanan saat jam macet terjadi. Hal tersebut terjadi karena dari 87 orang personil itu berbeda shift atau waktu kerja.

Khusus untuk kemacetan di kawasan Ciledug yang terdapat jalan Cokroaminoto dan Jalan KH Hasyim Asyari, kemacetan terjadi karena sempitnya lebar jalan yang menghubungkan Kota Tangerang dengan DKI Jakarta itu. Sedikitnya jumlah jembatan penyebarangan juga menjadi faktor utama penyebab kemacetan di sejumlah ruas jalan di kawasan Ciledug.

“Karena minimnya jumlah jembatan penyebrangan jalan, banyak orang yang menyebrang jalan itu dan membuat laju kendaraan terhambat,” ujarnya.

Selain itu, di darah Ciledug banyak terdapat pusat perbelanjaan. Sehingga, maraknya pusat perbelanjaan itu membuat angkutan umum banyak yang berhenti untuk menunggu penumpang di depan pusat perbelanjaan tersebut.

Agus Wibowo, Kepala Seksi Bina Sistem Transportasi Dishub Kota Tangerang menambahkan penyebab kemacetan di sejumlah ruas jalan Kota Tangerang. Menurutnya, saat ini rata-rata sejumlah ruas jalan di Kota Tangerang dilalui oleh 80 45persen kendaraan pribadi.

“Sepeda motor sebanya 60 persen, kendaraan roda dua sebanyak 20 persen, sisanya adalah kendaraan umum,” kata Agus.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement