Rabu 27 Oct 2010 03:50 WIB

Kepala Dinas PU DKI: Drainase di Jakarta Sudah Tua

Rep: c22/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU), DKI Jakarta, Ery Basworo mengatakan, drainase di Jakarta sudah tua. Akibatnya, air tak bisa mengalir dengan maksimal karena kapasitas yang tak memadai. “Kemarin, (Senin, 25/10) curah hujan mencapai 200 mm dalam dua jam, padahal drainase yang dibuat hanya dirancang untuk 10-20 mm,” katanya. Akibatnya, terjadi antrean air.

Maka, katanya, jangan heran jika banyak jalanan ibukota tergenang. Belum lagi sekitaran bantaran sungai yang banyak ditutupi bangunan sehingga kali mengalami penyempitan. Contohnya, kali Krukut dan kali Grogol. Idealnya, kali tersebut memiliki lebar hingga 10 meter namun kenyataannya saat ini di beberapa titik hanya menyisakan lebar 1,5 meter. Ery juga mengatakan drainase yang ada tidak hanya berfungsi 80 persennya saja. “Faktor penyebabnya adalah sampah,” katanya.

Sedangkan Dinas PU DKI mencatat saat 106 titik lokasi genangan air di jalan arteri dan kolektor. Dengan rincian, Jakarta Pusat 27 titik lokasi genangan air, 12 titik lokasi genangan air di Jakarta Utara, 13 titik lokasi genangan air di Jakarta Timur, 22 titik lokasi genangan air di Jakarta Selatan, dan 32 titik lokasi genangan air di Jakarta Barat. Ke-106 titik lokasi genangan air tersebut akan dikerjakan selama tiga tahun, mulai tahun ini hingga 2012 mendatang.

Tahun ini Dinas PU DKI Jakarta mengerjakan 33 titik lokasi genangan air dengan rincian 8 titik di Jakarta Pusat, 6 titik di Jakarta Utara, 6 titik di Jakarta Timur, 6 titik di Jakarta Selatan, dan 7 titik Jakarta Barat.

Pengamat Perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna menilai saluran drainase di Jakarta sudah lumpuh. Sebab, kondisi drainase di Jakarta sudah ketinggalan zaman dan tak sesuai dengan perkembangan kota. "Sistem drainase kita itu jadul (jaman dulu) yang kota masih belum berkembang,” katanya. Sekarang ini, drainase itu sudah tidak mampu menampung besarnya curah hujan karena lingkungan di sekitarnya berubah.

Lalu, dia mencontohkan kawasan di sekitar Mal Gandaria, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Saat ini, di kawasan tersebut ketika turun hujan langsung tergenang. Sebab, tanah di sekitar itu mengeras dan tak bisa meresap air. Akibatnya, semua air langsung mengalir ke drainase.

Sementara, pada saat yang sama kondisi drainase mengecil karena di atasnya didirikan bangunan. Selain itu, banyak sampah di dalam drainase menyebabkan aliran air tersendat. "Sebagian drainase terganggu oleh bangunan tambahan yang siapapun boleh membangun tanpa adanya tindakan. Kalau ini dibiarkan, jangan harap genangan akan hilang," ujarnya.

Untuk itu, pihaknya meminta kepada Pemprov DKI Jakarta menata ulang drainase di ibukota. Menurut dia, penataan drainase tidak hanya melihat kondisi saat ini tapi juga didesain untuk masa mendatang.

Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, Priya Ramdhani mengataka, banjir yang terjadi di Jakarta membuktikan drainase di Jakarta sudah tidak baik. Selain itu, perawatannya kurang, serta sudah tidak memadai. “Ini menjadi tanggung jawab semua pihak, bukan Pemprov saja,” katanya.

Ia menyarankan Pemprov sebaiknya memprioritaskan penanganan banjir dan kemacetan Jakarta pada APBD 2011. “Mumpung anggarannya belum disahkan, sebaiknya Pemprov membuat prioritas apa yang harus dihadapi,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement