Rabu 24 Nov 2010 16:47 WIB

Pria Qatar Ogah Nikahi Perempuan Perokok, Mengapa?

Rep: Agung Sasongko/ Red: irf

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA--Tren merokok di kalangan perempuan Qatar tidak menjadikan kaum pria di negara itu tertarik untuk meminang mereka. Kaum pria Qatar beranggapan tradisi merokok di kalangan perempuan Arab hanya mendatangkan gangguan pada kesehatan.

Dalam jajak pendapat Surat Kabar Qatar Al Arab menyebutkan kaum pria Qatar hanya bersedia menikahi perempuan yang hanya merokok shisha dan narghile. Hasil lainnya, hanya 6 persen saja yang tidak keberatan menikahi perempuan yang merupakan seorang perokok konvensional.

Meskipun sejatinya Sisha lebih digandrungi kaum laki-laki Timur Tengah, namun dalam perkembanganya, Sisha juga digandrungi kaum perempuan di kawasan itu. Di masa lalu, perempuan yang ketahuan merokok Sisha di kafe Doha boleh dibilang terdengar asing. Kini, jumlah perempuan Qatar yang gemar dengan kebiasaan itu meningkat secara drastis.

Jomaa al-Hajiri, warga Qatar, mengatakan kebanyakan kaum pria yang menolak menikahi perempuan penghisap rokok datang dari keluarga konservatif. "Tentu saja aku tidak akan menikah dengan seorang perempuan yang merokok Sisha," katanya kepada Al Arabiya, Selasa (23/11). "Aku akan menikahi seorang perempuan konservatif yang menghormati tradisi dan peduli tentang hieraki sosialnya,"

Hajiri mengkritik perempuan Qatar yang dianggap meniru perempuan lain yang mereka melihat, terutama perempuan Barat. "Beberapa wanita Qatar bahkan membeli Shisa di rumah, dan sekarang telah menjadi rutinitas harian mereka. Ini tidak bisa diterima," ketusnya.

Hajiri menambahkan peningkatan popularitas Shisa di kalangan perempuan hanya sebatas musiman. Kelak, kata dia, mereka akan menyadari dampak negatifnya. "Kebanyakan kasus terjadi lantaran mencontoh budaya lain. Mereka terlihat tidak penting di awal kemudian mulai menyebar dengan sangat cepat."

Hajiri mengaku dirinya diminta orang tuanya untuk memantau anak-anak dan saudara perempuan untuk memastikan mereka tidak tertarik dengan tren tersebut. "Sebagian besar perempuan muda merokok di belakang orang tua mereka. Mereka biasanya pergi ke kafe sehingga orang tua dan kaum pria tidak akan melihat dan mengkritik mereka." ungkapnya.

Aisha al-Badr, salah seorang perempuan Qatar menuduh rekan laki-lakinya memiliki pemikiran standar ganda lantaran kebanyakan dari mereka mengagumi melihat perempuan yang merokok di negara-negara Arab lainnya. Kini, kata dia, ketika datang kepada perempuan Qatar mereka mulai mengkritik dan menolak untuk menikahinya. "Suami saya untungnya berpikiran terbuka," kata dia Al Arabiya. Dia menambahkan bahwa dia tidak pernah merokok di tempat umum karena penilaian keras masyarakat saat mereka melihat perokok perempuan.

sumber : Alarabiya
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement