Sabtu 01 Sep 2018 13:22 WIB

Pesta Bukan Berakhir di GBK

Asian Games baru berakhir saat pesawat kontingen lepas landas dari Indonesia

Pijaran kembang api menghiasi Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Jakarta, saat acara pembukaan Asian Games 2018, Sabtu (18/8) malam.
Foto: Republika/Darmawan
Pijaran kembang api menghiasi Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Jakarta, saat acara pembukaan Asian Games 2018, Sabtu (18/8) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erick Thohir*

Besok, Asian Games 2018 akan resmi ditutup. Banyak kemudian yang bertanya-tanya, bagaimana konsep acara penutupan Asian Games 2018? Apakah levelnya akan sama dengan pembukaan?

Sebelum menjawab pertanyaan itu, saya ingin menjelaskan terlebih dahulu mengenai beda upacara pembukaan dan penutupan. Upacara pembukaan itu semua tentang negara tuan rumah. Pembukaan Asian Games 2018 adalah tentang Indonesia yang menunjukkan kepada Asia maupun dunia tentang budayanya. 

Karena itu, upacara pembukaan digarap dengan melibatkan hampir seluruh pengisi acara dari Indonesia. Nah, untuk penutupan maknanya berbeda. Ini bukan lagi sekadar tentang Indonesia semata. 

Sebaliknya upacara penutupan adalah tentang seluruh peserta, tentang seluruh Asia. Ini saatnya seluruh kontingen dari 45 negara untuk berpesta bersama lewat satu tema yang menyatukan mereka. Budaya yang ditunjukkan pun bukan hanya Indonesia, melainkan dari berbagai negara. 

Ini juga berlaku pada pengisi acaranya yang tak lagi di dominasi talenta dari Indonesia, melainkan dari sejumlah negara Asia. Karena itu, salah satu pengisi pesta penutupan adalah grup Super Junior (Suju) dari Korea. Mungkin kemudian ada yang bertanya, kenapa harus Suju?

Alasannya karena mereka sebagai representasi Korea. Dan Korea punya arti spesial pada Asian Games 2018 karena bersatunya Korea Utara dan Selatan.

Selain dimeriahkan Suju, pesta penutupan juga akan berisi prosesi serah terima kepada negara tuan rumah Asian Games berikutnya, yakni Cina. Jadi secara umum, penutupan akan lebih terasa seperti pesta seluruh negara peserta. 

Tapi pesta belum berakhir hingga acara upacara penutupan di GBK. Masih terlalu pagi untuk mengatakan pesta telah usai. Sebab pesta Asian Games dimulai sejak kontingen pertama datang dan baru berakhir saat kontingen terakhir pulang. 

Kita semua ingin memastikan kepulangan kontingen terakhir dari Asian Games 2018 masih dalam kualitas pelayanan terbaik. Sebagai tuan rumah yang baik, menjamin kepulangan setiap atlet dan ofisial menjadi sebuah hal yang amat vital. Hal inilah yang kerap terlupa pada gelaran event sebelumnya.

Saya merujuk peristiwa usai penutupan Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro. Saat itu, banyak kontingen negara yang mengeluh karena terjadi kemacetan panjang menuju bandara. Jadwal kepulangan kontingen jadi terganggu. Akibatnya terjadi sedikit kekacauan di detik-detik akhir Olimpiade 2016.

Hal inilah yang mesti kita hindari. Sebab kesan tentang pembukaan yang spektakuler, pertandingan yang menarik, maupun Wisma Atlet yang nomor satu bisa luntur jika perjalanan pulang dari Palembang dan Jakarta tak tertata. Kita tentu tak ingin penyelenggaraan yang sudah sangat baik ini ternoda nila saat proses kepulangannya. 

Karena itu, kualitas pelayanan terbaik akan terus diberikan kepada seluruh kontigen negara peserta hingga pesawat mereka lepas landas dari Indonesia. Secara teknis, seluruh rombongan kontingen masih tetap akan dikawal hingga waktu tempuh mencapai bandara bisa lebih singkat. Segala akomodasi juga tetap akan diberikan selama proses kepulangan itu. 

Hingga akhirnya, kita semua berharap Asian Games 2018 tak hanya meninggalkan memori indah bagi Indonesia. Tapi memori indah itu juga akan menjadi oleh-oleh yang dibawa pulang seluruh kontingen yang hadir dalam 15 hari pelaksanaan Asian Games 2018.

 

 

*penulis adalah Ketua Panitia Penyelenggaran Asian Games 2018 (Inasgoc) dan Ketua Komite Olimpiade Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement