Sabtu 01 Sep 2018 18:30 WIB

Sepak Takraw Indonesia Sempat Kesulitan Hadapi Jepang

Tim Sepak Takraw Indonesia meraih medali emas setelah kalahkan Jepang di final.

Rep: Lintar Satria Zulfikar/ Red: Yudha Manggala P Putra
 Pemain Indonesia Syamsul Akmal menendang bola saat melawan Malaysia dalam pertandingan sepaktakraw Asian Games 2014 di Bucheon Gymnasium, Incheon, Kamis (24/9). (REUTERS/Issei Kato)
Pemain Indonesia Syamsul Akmal menendang bola saat melawan Malaysia dalam pertandingan sepaktakraw Asian Games 2014 di Bucheon Gymnasium, Incheon, Kamis (24/9). (REUTERS/Issei Kato)

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Pelatih sepak takraw Indonesia Asry Syam mengakui timnya sempat kesulitan mengalahkan Jepang di babak final quadran putra Asian Games 2018. Meski akhirnya menangkan 2-1 dengan rincian skor 15-21, 21-14,  21-16 dan meraih medali emas, tapi di set pertama tim Indonesia cukup tertekan oleh Jepang.

"Di babak penyisihan kami ketemu dengan Jepang dan kami dengan mudah memenangkan pertarungan melawan Jepang di babak penyisihan dengan skor 2-0 kemudian di final tadi kami memang kesulitan," kata Asry Syam, dalam konferensi pers usai pertandingan di Jakabaring Sports City, Palembang, Sabtu (1/9).

Di set pertama Nofrizal, Saipul Rizal, Muhammad Hardiansyah dan Rizki Abdul Rahan kesulitan keluar dari tekanan Jepang. Sempat unggul tiga poin di awal pertandingan tapi Jepang berhasil membuat tim quandran putra Indonesia kewalahan.

Menurut Asry berbeda dari babak penyisihan saat Indonesia berhasil mengalahkan Jepang dua set sekaligus di babak final ini tim Samurai mengganti taktik mereka. Tim Indonesia pun harus menggunakan strategi yang berbeda.

"Jepang di babak final memiliki formasi yang berbeda, mereka mengubah formasi dari babak penyisihan mereka memakai dua sayap, open ball dua di belakang kiri kanan sehingga dengan gampang kami masuk dan memenangkan pertandingan," kata Asry.

Salah satu faktor sulitnya Indonesia keluar dari tekanan karena tim Jepang berusaha memberikan serangan psikologis. Membuat pemain-pemain Indonesia kehilangan konsentransi mereka. Walaupun pada akhirnya tim Indonesia bisa kembali fokus di set kedua.

"Setelah saya melihat perkembangan ada perubahan formasi tiga yang hampir sama dengan kami sehingga saya harus mengatur strategi untuk mengatasi Jepang, tetapi di set pertama kami lengah terlambat start mengapa demikian karena faktor psikologis sangat besar peranannya di sepak takraw," kata Asry.

Menurut Asry karena Jepang sudah melihat kualitas pemain Indonesia dan merela kalah di babak penyisihan Jepang pun berusaha memberikan tekanan di babak final. Asry mengatakan di akhir set pertama ia sempat menyadari hal itu. Termasuk saat Jepang mengganti formasi menyerang mereka di babak final.

"Di babak final tadi mereka pakai sayap kiri kanan, memang berbeda dengan akurasi yang cukup jitu, agak pendek dan kami punya blok triple sehingga sulit bagi kami meraih poin demi poin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement