Jumat 24 Aug 2018 09:25 WIB

Pelatih Indonesia Berharap Teknologi Buat Silat Mendunia

Potensi kecurangan bisa dihilangkan.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Israr Itah
Pesilat Indonesia Amri Rusdana (pita biru) bertanding melawan pesilat Uzbekistan Nurulla Saidov pada babar penyisihan cabang pencak silat putra kelas F 70-75 kg Asian Games 2018 di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta, Kamis (23/8).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Pesilat Indonesia Amri Rusdana (pita biru) bertanding melawan pesilat Uzbekistan Nurulla Saidov pada babar penyisihan cabang pencak silat putra kelas F 70-75 kg Asian Games 2018 di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta, Kamis (23/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih pencak silat Indonesia Abas Akbar berharap cabang olahraga yang digelutinya lebih berskala global. Secara teknologi, pencak silat menurutnya sudah jauh berkembang.

Ia menjelaskan, audio visual membuat duel berjalan lebih efektif dan efisien. Potensi kecurangan bisa dihilangkan. Itulah salah satu syarat untuk bisa tampil di level tertinggi. 

"Kita harapkan pencak silat mendunia, bisa sampai Olimpiade. Dengan komputerisasi dan audio visual yang benar-benar nyata dan lebih fair, semoga lebih banyak negara yang bisa menerima," ujar Abas usai mendampingi anak asuhnya bertanding di Pedepokan Pencak Silat, TMII, Jakarta, Kamis (23/8).

Sebagai pelatih ia hanya bisa mempersiapkan tim. Tapi ada pihak berwenang yang lebih mampu mendorong agar target tersebut terealisasi. 

Ia berharap pemerintah dan pengurus besar pencak silat Indonesia (PB IPSI) terus memperjuangkan tujuan itu. Abas menerangkan agar diterima di Olimpiade, minimal disetujui 70 negara yang tergabung dalam Komite Olimpiade Internasional (IOC).

Pada 2016 lalu, ada 40 negara mengikuti kejuaraan dunia pencak silat di Denpasar, Bali. Itu artinya butuh kerja keras untuk mempromosikan cabor ini secara global.

"Tinggal sedikit lagi. Kalau ada tekanan-tekanan (promo) negara, PB  IPSI dibantu negara dengan APBN, kita pasti tidak kalah dengan taekwondo, karate, yang punya Jepang dan Korea," ujar Abas.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement