Ahad 19 Aug 2018 10:03 WIB

Sepak Takraw Terapkan Pranata Challenge di Asian Games

Sistem ini diterapkan untuk pertama kalinya dalam sepak takraw di Asian Games 2018

Persiapan Venue Sepak Takraw. Petugas menyelesaikan persiapan venue sepak takraw Asian Games 2018 di Ranau Stadium, Jakabaring Sport City, Palembang, Sabtu (18/8).
Foto: Republika/ Wihdan
Persiapan Venue Sepak Takraw. Petugas menyelesaikan persiapan venue sepak takraw Asian Games 2018 di Ranau Stadium, Jakabaring Sport City, Palembang, Sabtu (18/8).

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Cabang olahraga sepak takraw akan menempatkan sistem "Challenge" untuk pertama kalinya sejak 50 tahun usia olahraga ini berjalan resmi. Sistem yang akan digunakan untuk pertama kalinya di Asian Games 2018 ini, bertujuan meningkatkan kualitas pertandingan.

"Pranata baru ini diharapkan menjadi sebuah terobosan dalam perkembangan olahraga ini, dan akan menjadi pertama di dunia yang akan disiarkan secara langsung," ujar Presiden Asian Sepaktakraw Federation (ASTAF), Dato Abdul Kadir bin Kader di Palembang, Ahad (19/8).

Dato Abdul Kadir menjelaskan, pranata "Challenge" ini akan memberikan kesempatan kepada pelatih dan manager tim untuk memberikan protes apabila terdapat hal-hal yang dianggap merugikan saat pertandingan berlangsung.

Caranya dengan cara melakukan panggilan "Challenge" guna mengetahui apakah bola masuk atau tidak atau bola berada di garis baseline depan atau belakang. Pranata ini akan dilakukan dengan menggunakan teknologi kamera pengawas.

Dalam menilai keabsahannya, akan dibantu oleh juru ahli yang netral untuk menentukan keputusan dengan melihat rekaman gambar dan bukan melalui keputusan wasit.

Untuk mendukung penerapan pranata ini, ASTAF akan menggunakan 24 kamera yang tersebar di setiap sudut arena. Kamera tersebut memiliki kecepatan mencapai 100 frame per detik dan dibantu pula dengan teknologi canggih lainnya yang akan dipakai dalam menunjang pranata tersebut.

Penerapan pranata tersebut diharapkan nantinya pertandingan sepak takraw akan lebih terbuka dan adil, serta menjunjung semangat "fair play" di lapangan. Serta mencegah sejumlah insiden protes penentuan masuk atau tidaknya bola tidak terulang kembali.

Dengan itu diharapkan semua pihak dapat menerima keputusan yang dibuat dengan melihat kejadian yang sebenarnya melalui pranata yang diterapkan tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement