JAKARTA-- Departemen Perhubungan menemukan 10 set Kereta Rel Listrik (KRL) yang diberangkatkan dari Depo Depok setiap harinya diduga tak laik jalan karena pemeriksaan standar tidak dilakukan.
"Ternyata, setiap set kereta di sini, tidak ada pengecekan manual harian sehingga setiap kereta yang berangkat seperti 'kucing dalam karung' safety-nya," kata Dirjen Perkeretaapian, Departemen Perhubungan (Dephub), Tundjung Inderawan saat inspeksi mendadak (sidak) di Depo Depok, Selasa pagi.
Bahkan, Tundjung yang didampingi Sesditjen Nugroho Indro, ketika mengecek Kereta Api (KA) 300 KRL Bojong Ekspres yang keluar dari depo jam 05.30 WIB, sang masinis Suwarno, hanya mendapat laporan teknis kereta.
"Tak ada 'checksheet'. Hanya laporan teknis umum," kata Suwarno.
Bahkan, ketika ditanyakan apakah tekanan rem sudah sesuai standar kereta,? Suwarno tidak bisa menjawab.
Saat Dirjen mengecek kepada bagian Kepala Ruas Los Depo Depok, Subagiyo mengakui, cek fisik manual sesuai format "checksheet" tidak pernah dilakukan. "Dari dulu memang sudah begini," kata Subagiyo.
Untuk mengecek kehandalan rem, kata Subagiyo, masinis biasanya hanya mengecek maju mundur satu atau dua meter lalu direm.
Kepala Depo Traksi Depok, Dody Heryadi yang datang ketika inspeksi hendak selesai itu, tidak menafikan semua itu, bahkan soal Checksheet, dia tidak tahu, meski sejak awal dia berusaha melaporkan bahwa hal itu dilakukan.
Pantauan ANTARA dalam sidak itu, pada saat Dirjen Tundjung mendatangi ruangan Dody, ia pun tidak mampu menunjukkan Checksheet harian yang dimaksud.
Dody menjawab pers sempat mengaku bahwa jika disesuaikan regulasi sebenarnya sekitar 90 persen KA eks Depo Depok tak laik operasi.
Hal itu dibenarkan oleh salah satu masinis, Sutisno. "Kondisi sarana KA, sering tak lengkap itu biasa seperti speedometer tak jalan dan tekanan rem yang tak jelas," kata Sutisno.
Sebagai masinis, kata Sutisno, sebenarnya dia bisa menolak berangkat dengan kondisi KA yang ada. "Jika itu dilakukan, bagaimana pelayanan nantinya," kata Sutisno.
Dody juga mengaku, pengadaan suku cadang setiap kereta sudah diusulkan secara periodik tetapi realisasinya selalu terlambat. "Akibatnya kami sering kanibal," kata Dody.
Berdasarkan fakta tersebut, kata Tundjung, hal semacam itu tidak menutup kemungkinan juga terjadi di sejumlah Depo KRL Bukit Duri, Manggarai, Depo KRL Bogor dan Depo KRL Bekasi.
Fakta ini, menurut Tundjung, untuk pemetaan program peningkatan keselamatan KA. "Setelah dipetakan, nantinya akan disingkronisasi dalam regulasi mulai dari Peraturan Pemerintah (PP) tentang Lalu Lintas dan Angkutan KA, lalu diteruskan ke sejumlah keputusan menteri dan instruksi dirjen," katanya.
Sebelum aneka regulasi itu selesai, pihaknya segera mengeluarkan edaran harian terkait prosedur standar baru, pengecekan kelaikan sarana KA.
"Beberapa ketentuan dari reglemen KA juga akan dievaluasi dan sudah tidak sesuai lagi dengan ketentuan," kata Tundjung.
Ia mengakui, operasional Depo Depok sepenuhnya tanggung jawab operator, PT Kereta Api, tetapi kendali pengawasan tetap di bawah Ditjen Perkeretaapian Dephub.
Depok KRL Depok yang diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 22 Januari 2008 ini setiap harinya menampung untuk parkir dan perbaikan 10 set KA terdiri atas empat KA Ekspres AC dan enam KA Ekonomi.
Inspeksi mendadak ini dilakukan karena selama ini memang sudah ada sinyalemen bahwa standar keamanan kereta di Jabotabek kehandalannya diragukan.
Terbukti, selama 2009 sudah terjadi tiga kali tabrakan KA dengan KA. Terakhir, kejadian di dekat stasiun Tebet Jakarta beberapa hari lalu yang menyebabkan tiga orang luka serius. ant/fif