Di Zaman Nabi Muhammad, Namanya Bukan Sholat Tarawih

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil

Senin 12 Apr 2021 16:39 WIB

Di Zaman Nabi Muhammad, Namanya Bukan Sholat Tarawih. Foto: Ilustrasi Shalat Tarawih Foto: Republika/Darmawan Di Zaman Nabi Muhammad, Namanya Bukan Sholat Tarawih. Foto: Ilustrasi Shalat Tarawih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Setiap awal Ramadhan umat Islam menjalankan ibadah tarawih di masjid dan mushola. Semangat ini membuat masjid dan mushola penuh dipenuhi jamaah sholat tarawih.

Ustaz Ahmad Zarkasih Lc dalam bukunya "Sejarah Tarawih" menjelaskan asa muasal ibadah yang dikenal Nabi Muhammad adalah Qiyam Ramadan ini menjadi Tarawih. Kata Tarawih itu adalah bentuk plural (jamak) dari single Tarwiih. Dan Tarwiih adalah bentuk mashdar (kata sifat/ hasil kerja) dari kata kerja Rawwaha Yurawwihu.

Baca Juga

"Dan ternyata istilah itu tidak dikenal oleh Nabi SAW dan setidaknya oleh Abu Bakar RA juga," kata Ustaz Ahmad Zarkasih.

Karena memang dulu, Nabi SAW menyebutnya bukan dengan istilah tarawih, tapi dengan nama Qiyam Ramadhan, yakni penghidupan atas malam Ramadhan. Maksudnya ibadah guna menghidup malam-malam Ramadhan.

Nah, munculnya nama tarawih sebagai istilah yang dipakai oleh banyak atau hampir seluruh ulama untuk menyebut shalat sunah malam Ramadhan ini bisa jadi ada beberapa kemungkinan. Salah satunya adalah apa yang terjadi di masa Umar bin al-Khathtab menjabat.

Yakni dari riwayat Imam al-Marwadzi dalam kitabnya Kitab Qiyam

Ramadhan. Dari al-Hasan rahimahullah. Umar RA memerintahkan Ubai untuk menjadi imam pada Qiyam Ramadhan, dan mereka tidur di seperempat pertama malam.

Lalu mengerjakan sholat di 2/4 malam setelahnya. Dan selesai di ¼ malam terakhir, mereka pun pulang dan sahur. Mereka membaca 5 sampai 6 ayat pada setiap rakaat. Dan shalat dengan 18 rakaat yang salam setiap 2 rakaat, dan memberikan mereka istirahat sekedar berwudhu dan menunaikan hajat mereka.

Menjadi mungkin istilah tarawih muncul di masa ini, karena dalam riwayat di atas, Ubai bin Ka’ab diperintah oleh Umar RA. untuk menjadi imam Qiyam Ramadhan dengan bacaan 5 sampai 6 ayat di setiap rakaat.

Dan setiap 2 rakaat, istirahat. Dengan redaksi riwayat seperti ini: Memberikan mereka istirahat sekedar berwudhu dan menunaikan hajat mereka. Bisa jadi itulah kenapa shalat ini disebut dengan istilah Tarawih; karena pelaksaannya ketika zaman ini Imam memberikan banyak Tarwiih, alias istirahat untuk para makmum di setiap selesai 2 rakaat.

Itu berarti jika shalat dikerjakan dengan 18 rakaat, mereka mendapatkan 9 kali tarwiih. Dan kalau shalat itu dikerjakan dengan 20 rakaat, maka Tarwiih yang ada menjadi 10 kali tarwih.

Apalagi jika ditambah dengan 3 rakaat witir yang formatnya 2 rakaat plus 1. Itu berarti tarwih manjadi 12 kali. Dan itu banyak.

Karena itulah sholat ini dinamakan sholat Tarawih, karan di dalamnya imam memberikan banyak Tarwiih alias istirahat di setiap selesai salam.