Senin 12 Apr 2021 09:03 WIB

Akar Islamofobia Eropa: Perang Muslim-Kristen Balkan (Tamat)

Islamofobia terbawa Eropa hingga era modern satu akarnya adalah perang Bosnia.

Perang Balkan 1875.
Foto: google.com
Perang Balkan 1875.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.

Seperti dalam tulisan sebelumnya, dua malam lalu sahabat Serbia-Bosnia saya, Edin Hidzalik, semalam membuat kejutan. Dia mengirim sebuah tulisan di laman wikipedia.org yang berjudul menarik mengenai nasib dan persekusi Muslim di Eropa pada abad 19: "Persecution of Muslims during Ottoman contraction" (Penganiayaan Muslim selama kontraksi Ottoman ).

Mengapa ini menarik? Jawabnya, karena di sini teraba akar kebencian yang ada di benak orang Eropa terhadap Islam, khususnya Ottoman. Dan, ini jejaknya sangat panjang, mulai dari kecamuk perang Salib hingga penaklukan Kekhalifahan Abbasiyah di Cordova (Spanyol), hingga penaklukan Konstantinopel.

Maka, tidaklah mengherankan bila menjelang pergantian abad lalu, Paus Johanes Paulus II pernah ketus berkata bahwa akar Eropa adalah Kristen. Padahal, bagi orang Muslim Eropa asli mereka akan tertawa sebab faktanya akar Eropa budaya Eropa bukanlah itu. Kata mereka akar Eropa adalah budaya Pagan, Kristen datang kemudian setelah itu.

Agar lebih jelas kita nikmati saja tulisan 'Persecution of Muslims during Ottoman contraction' selengkapnya. Ini merupakan tulisan kedua dan terakhir.

------------

Pada 1875, konflik antara Muslim dan Kristen pecah di Bosnia. 

Setelah Kekaisaran Ottoman menandatangani perjanjian di Kongres Berlin 1878, Bosnia diduduki oleh Austria-Hungaria. Muslim Bosnia (Bosniaks) menganggap ini sebagai pengkhianatan oleh Ottoman dan pergi sendiri. Akibatnya, mereka kemudian merasa bahwa mereka membela tanah air mereka sendiri dan bukan Kekuasaan Ottoman yang lebih luas. 

Karena itu, dari 9 Juli hingga 20 Oktober 1878 atau selama hampir tiga bulan, Muslim Bosnia melawan pasukan Austria-Hungaria dalam hampir enam puluh pertempuran militer dengan 5.000 korban luka atau tewas. Beberapa Muslim Bosnia prihatin tentang masa depan dan kesejahteraan mereka di bawah pemerintahan non-Muslim yang baru. Mereka kemudian memutuskan meninggalkan Bosnia menuju Kekhalifahan Ottoman.

THE RUSSO-TURKISH WAR 1877 - 1878 (Vb)

Keterangan foto: Situasi wilayah semenanjung Balkan pada 1875.

Eksodus warga Muslim ke Ottoman yang berlangsung dari tahun 1878 hingga 1918, jumlahnya antara 130 ribu dan 150 ribu Muslim Bosnia. Mereka meninggalkan Bosnia ke daerah-daerah di bawah kendali Ottoman, beberapa di antaranya ke Balkan, yang lainnya ke Anatolia, Levant, dan Maghreb (Maroko).

Saat ini, populasi Bosnia di dunia Arab telah berasimilasi meskipun mereka tetap mengingat asal-usul mereka dan beberapa menggunakan nama belakang Bosniak (diterjemahkan dalam bahasa Arab sebagai Bushnak) sebagai nama keluarga. 

Baca juga : Niat Sholat Tarawih Ramadhan untuk Imam

-----

Setelah itu, perang berlanjut di timur dan setelah wilayah perdamaian di sekitar Kars diserahkan ke Rusia. Hal ini mengakibatkan sejumlah besar Muslim pergi dan menetap di tanah Ottoman yang tersisa. Wilayah Batum dan daerah sekitarnya juga diserahkan ke Rusia menyebabkan banyak Muslim Georgia lokal bermigrasi ke barat. Kebanyakan dari mereka menetap di sekitar pantai Laut Hitam Anatolia.

Perang Balkan Pertama

Pengungsi Turki melarikan diri dari permusuhan Bulgaria. Inilah yang memicu terjadinya Perang Bakan pada 1913

Pada 1912 Serbia, Yunani, Bulgaria dan Montengro  menyatakan perang terhadap Ottoman. Ottoman dengan cepat kehilangan banyak wilayah. Menurut Geert-Hinrich Ahrens, "tentara penyerang dan pemberontak Kristen melakukan berbagai kekejaman terhadap penduduk Muslim." 

Di Kosovo dan Albania sebagian besar korban adalah orang Albania, sedangkan di daerah lain sebagian besar korban adalah orang Turki dan Pomak . Sejumlah besar Pomak di Rhodopes secara paksa diubah menjadi penganut Kristen Ortododoks, tetapi kemudian diizinkan untuk pindah kembali, kebanyakan dari mereka melakukannya. 

Selama perang ini ratusan ribu orang Turki dan Pomak meninggalkan desa mereka dan menjadi pengungsi Salonika ( Tesalonika) dan Adrianople ( Edirne ) penuh sesak dengan mereka. Melalui laut dan darat sebagian besar mereka menetap di Ottoman Thrace dan Anatolia.

Sejarawan Ugur Umit Ungor mencatat bahwa selama invasi Rusia ke tanah Ottoman, "banyak kekejaman dilakukan terhadap orang Turki dan Kurdi setempat oleh tentara Rusia dan sukarelawan Armenia." 

Jenderal Liakhov memberi perintah untuk membunuh setiap orang Turki yang terlihat dan menghancurkan masjid mana pun. Sebagian besar Muslim Turki dan Kurdi lokal melarikan diri ke barat setelah invasi Rusia tahun 1915-1916.'

Kisah invasi ini ada dalam 'Buku Catatan Talaat Pasha'. Di buku itu dikatakan, jumlah yang pengungsi mencapai 702.905 orang. Menurut J Rummel, setidaknya 128 ribu Muslim dibunuh oleh pasukan Rusia dan laskar Armenia selama periode antara 1915–1916. 

Seorang duta besar Iran berpendapat bahwa 40 ribu Muslim lainnya dikatakan dibunuh oleh pasukan Armenia di wilayah yang diduduki oleh pasukan Rusia antara tahun 1917 dan 1918. Tetapi, Rummel menganggap perkiraan ini tidak dapat dipercaya dan memilih perkiraan 150 ribu tewas sebagai gantinya untuk periode 1915-1918. 

Baca juga : Niat Puasa Ramadhan, Arab, Latin dan Terjemahan

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement