Senin 22 Mar 2021 07:20 WIB

Studi: Vaksin Covid-19 Dikembangkan tanpa Jarum Suntik

Vaksin Covid-19 akan diberikan melalui spray hidung hingga 'patch' yang ditempel.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Vaksin Covid-19 akan diberikan melalui spray hidung hingga 'patch' yang ditempel.
Foto: www.freepik.com.
Vaksin Covid-19 akan diberikan melalui spray hidung hingga 'patch' yang ditempel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa ada beberapa vaksin Covid-19 baru yang diperkirakan akan siap diedarkan tahun ini atau pada 2022. Salah satu dari vaksin tersebut tidak memerlukan jarum suntik dan bisa disimpan di dalam suhu ruangan.

"Kami sangat senang dengan vaksin yang kita miliki sekarang, tapi kita bisa lebih bertambah lebih baik lagi," ungkap kepala ilmuwan WHO dan juga seorang dokter anak Soumya Swaminathan, seperti dilansir Fortune, Senin (22/3).

Baca Juga

Swaminathan mengatakan ada sekitar enam hingga delapan vaksin Covid-19 bar yang akan menyelesaikan proses uji klinis dan menjalani peninjauan regulasi tahun ini. Kehadiran vaksin-vaksin baru diperlukan seiring dengan dibutuhkannya lebih banyak vaksin di dunia.

Terlebih, saat ini varian-varian baru dari SARS-CoV-2 banyak bermunculan dan pihak produsen kewalahan dalam memenuhi permintaan vaksin. Berdasarkan data, baru 122 negara di dunia yang memulai program vaksinasi Covid-19.

Vaksin-vaksin baru ini dinilai dapat  membawa kemudahan baru dalam program vaksinasi. Alasannya, di antara vaksin-vaksin baru tersebut ada vaksin yang hanya perlu diberikan dalam satu dosis hingga vaksin yang bisa diberikan secara oral, dengan spray hidung, atau melalui kulit dengan menggunakan patch khusus. Beragam opsi yang akan dihadirkan vaksin-vaksin bar ini dapat membuka peluang program vaksinasi yang lebih luas dan sesuai untuk kelompok tertentu, misalnya ibu hamil.

Hingga saat ini, ada lebih dari 80 kandidat vaksin Covid-19 yang sedang diteliti. Sebagian di antaranya memang baru memasuki tahap awal dan masih memiliki kemungkinan untuk tidak berhasil.

Selain itu, perusahaan-perusahaan vaksin Covid-19 yang saat ini sudah beredar juga terus melakukan pembaruan. Mereka juga mulai mengembangkan versi vaksin terbaru yang dirancang untuk mengatasi varian-varian baru SARS-CoV-2.

"Kami perlu terus mendukung penelitian dan pengembangan lebih banyak kandidat-kandidat vaksin," tukas Swaminathan.

Saat ini, para ahli imunisasi dalam kelompok penasehat strategis WHO sedang meninjau apakah orang-orang yang pernah terinfeksi SARS-CoV-2 perlu mendapatkan dua dosis vaksin Covid-29. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa infeksi alami dapat memberi efek terhadap respons imun mirip seperti dosis pertama vaksin Covid-19.

Penelitian tersebut mengindikasikan bahwa orang-orang yang pernah terinfeksi SARS-CoV-2 tidak perlu mendapatkan dosis kedua vaksin Covid-19. Memberikan satu dosis vaksin saja untuk para penyintas Covid-19 dinilai bisa menghemat cukup banyak vaksin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement