Senin 15 Mar 2021 10:23 WIB

KKP Dorong Koperasi Tingkatkan Daya Jual Garam Lokal

Saat ini masih ada sekitar 37 ribu ton garam yang tersimpan di gudang di Cirebon.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Petani garam di Cirebon
Foto: Aditya Pradana Putra/DOKREP
Petani garam di Cirebon

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendorong koperasi petambak garam di Indramayu, Jawa Barat untuk meningkatkan daya jual produk yang dihasilkan. Salah satu caranya dengan menyiapkan garam dalam bentuk kemasan agar bisa langsung dijual ke pasar. 

Hal ini disampaikan Trenggono saat mengunjungi washing plant di Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Ahad (14/3) kemarin. "Produksi garam di Kabupaten Indramayu mencapai 361 ribu ton pada tahun lalu," ujar Trenggono dalam siaran pers di Jakarta, Senin (15/3).

Baca Juga

Namun, ucap Trenggono, penyerapannya belum menyeluruh sebab garam yang dihasilkan kelompok petambak hanya dijual ke pabrik-pabrik untuk diolah lagi menjadi garam kemasan. Alhasil setiap tahun, kata Trenggono, ada saja garam yang tersimpan di gudang sebab pabrik juga memiliki keterbatasan dalam melakukan pengolahan. 

Untuk produksi tahun lalu misalnya, masih ada sekitar 37 ribu ton garam yang sampai sekarang tersimpan di gudang-gudang pergaraman yang ada di Cirebon. "Kalau gitu dikemas supaya bisa langsung dijual ke pasar, bukan hanya dijual ke pabrik," ungkap Trenggono.

Ketua Koperasi Garam Inti Rakyat (GIR) Sari Bobos Amin Muhaimin menjelaskan saat ini penjualan masih bergantung kebutuhan pabrik sebab perizinan untuk mendukung produksi garam kemasan sedang diurus. Salah satunya izin edar dari BPOM. 

Di samping itu, pihaknya juga membutuhkan pendampingan dari pemerintah agar garam kemasan yang diproduksi nantinya memiliki daya saing tinggi sehingga tidak kalah dengan garam-garam yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik besar.

"Perizinan sedang diurus pak," ujar Amin.

Sementara itu, washing plant atau unit pengolahan garam di Kecamatan Krangkeng merupakan bantuan pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mendorong produktivitas garam lokal Indramayu. Washing plant berdiri tahun lalu dan bagian dari Program Pemulihan Ekonomi Nasional.

Kapasitas produksi washing plant ini mencapai 20 ton per hari. Sedangkan garam yang dihasilkan nilainya mencapai Rp1.800 per kilogram. 

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Haeru Rahayu mengatakan, washing plant ini terbukti mendorong produktivitas pergaraman di Indramayu. Tadinya, petambak mengeluhkan biaya produksi yang lebih tinggi dibanding harga jual garam. 

Namun saat ini mereka bisa mendapat keuntungan hingga Rp 600 per kilogram garam yang dihasilkan. "Selain itu, garam yang dihasilkan juga higienis karena prosesnya menggunakan sentuhan teknologi," kata Haeru.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement