Jumat 05 Mar 2021 21:03 WIB

ITMI Gandeng Republika Kampanye Literasi Alquran Braille

Program ini dapat meningkatkan kualitas tunanetra sebagai Muslim

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: A.Syalaby Ichsan
Pekerja menyelesaikan proses pembuatan Alquran Braille di Percetakan Yayasan Penyantun Wyata Guna, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Senin (13/5).
Foto: Abdan Syakura
Pekerja menyelesaikan proses pembuatan Alquran Braille di Percetakan Yayasan Penyantun Wyata Guna, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Senin (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Republika menjalin kerjasama dengan Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) sebagai upaya mendukung program pemberantasan buta huruf alquran braille dan literasi Alquran braille. 

Wakil Redaktur Pelaksana Republika, Heri Ruslan mengatakan sangat mengapresiasi dan mendukung program yang dicanangkan ITMI. Dia juga mengatakan, Republika akan mendukung penuh program-program ITMI dan membantu menjembatani organisasi yang telah berdiri sejak 1999 ini untuk lebih melebarkan sayap dan menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga keagamaan maupun pemerintah.

“Kami sangat mendukung dan mengapresiasi keinginan ITMI untuk bekerjasama dan kami akan berupaya sebaik mungkin untuk membantu menjembatani ITMI dan mendukung acara-acara ITMI, dalam hal publikasi. Begitu juga menjembatani ITMI ke lembaga-lembaga keagamaan maupun korporat agar itmi dapat lebih berkembang,” ujar dia, Jumat (5/3).

Ketua Umum ITMI Pusat, Yudi Yusfar mengatakan, berdasarkan sensus ekonomi nasional 2018, jumlah populasi penyandang tunanetra sebanyak 14 persen dari jumlah total populasi Indonesia, atau sekitar 4.253.200 jiwa. 

“Dari jutaan tunanetra tersebut, hanya 9000 saja yang mengenyam pendidikan di SLB. Sedangkan mereka yang mendapat pendidikan di panti sosial, sekitar 18 ribu. Sehingga diasumsikan bahwa dari 4,2 juta penyandang tunanetra, hanya sekitar 30 ribu saja yang mengenyam pendidikan, dan dari jumlah tersebut belum tentu seluruhnya bisa membaca Alquran braille,” ujar Yudi kepada Republika dalam pertemuan virtual, Jumat (5/3).   

Jika dibandingkan dengan Alquran konvensional, ketersediaan Alquran braille masih sangat minim, ditambah masih sedikitnya penyandang tunanetra yang mampu membaca Alquran braille. Upaya pemberantasan buta huruf Alquran braille merupakan program yang penting, karena ITMI ingin para penyandang tunanetra juga memilki kemampuan dalam bidang agama dan mampu mensyiarkan Islam, khususnya bidang Alquran. 

Dia menegaskan, upaya pemberantasan buta huruf braile ini sangat penting. Mengingat, keberadaan tunanetra yang sangat besar. Sementara, mereka yang sudah mendapat  pelayanan pendidikan dari pemerintah hanya berkisar di bawah 10 persen. 

“Program ini dapat membantu memenuhi kebutuhan komunitas tunanetra untuk bisa lebih meningkatkan kualitas dan mutunya, khususnya sebagai Muslim,” ujarnya.

Dia juga mengatakan, di tengah era teknologi yang semakin berkembang, menjadi kesempatan yang menguntungkan bagi para penyandang disabilitas, karena lebih mudah diakses dan dapat menjangkau lebih banyak orang. 

Menurut dia, dari sekian puluh ribu itu yang bisa membaca Alquran braile, mungkin hanya sedikit, dibawah 60 persen, yang bisa membaca Alquran braille. “Yang mahir mungkin hanya bisa dihitung jari,” ungkapnya.

“Semoga Republika bisa membantu membangkitkan kesadaran dan perhatian masyarakat dan pemerintah untuk membantu pemberantasan buta huruf braile bagi tunanetra,” sambungnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement