Jumat 05 Feb 2021 12:18 WIB

Vaksin dan Prokes Saling Melengkapi Sebagai Lapisan Proteksi

Vaksinasi tidak akan berhasil apabila tidak diimbangi dengan protokol kesehatan

Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meninjau pelaksanaan Vaksinasi Massal bagi tenaga kesehatan dosis pertama vaksin COVID-19 Sinovac di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelar vaksinasi dengan menargetkan sebanyak 6.000 orang tenaga kesehatan yang bertugas di fasilitas kesehatan milik pemerintah dan swasta di DKI Jakarta.
Foto: SETPRES-KRIS/ANTARA
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meninjau pelaksanaan Vaksinasi Massal bagi tenaga kesehatan dosis pertama vaksin COVID-19 Sinovac di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelar vaksinasi dengan menargetkan sebanyak 6.000 orang tenaga kesehatan yang bertugas di fasilitas kesehatan milik pemerintah dan swasta di DKI Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dalam menghadapi pandemi Covid-19, masyarakat diminta tidak hanya mengandalkan satu intervensi kesehatan saja. Seperti hanya mengandalkan vaksin saja agar tidak tertular virus Covid-19. Menerapkan disiplin protokol kesehatan yang ketat adalah upaya melengkapi intervensi kesehatan sebagaimana diajarkan analogi Swiss Cheese Model.

Dimana berbagai intervensi penanganan Covid-19 diibaratkan celah pada lapisan keju yang saling menutupi satu dengan lainnya dan tidak dapat ditembus dari luar. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menyatakan lapisan keju itu bagaikan setiap jenis intervensi penanganan Covid-19 dengan celahnya masing-masing yang semakin signifikan mencegah infeksi jika dilakukan bersamaan.

"Hal ini akan berlaku sebaliknya, jika masyarakat hanya mengandalkan satu intevensi tunggal, maka kekurangan yang ada tidak akan tersokong dan malah akan memperburuk keadaan," Wiku menyampaikan keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (4/2) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden. 

Dan penting diingat, bahwa bukan hanya tingkat efektivitas suatu intervensi, namun juga sangat bergantung dengan lapisan proteksi majemuk. Sebagai contoh, jika terdapat dua orang memakai masker dan hanya salah satu yang memakai masker 3 lapisan dan tepat menutup hindung dan mulut, maka sudah bisa ditebak mana yang lebih berisiko terpapar Covid-19.

 

"Karenanya, upaya vaksinasi yang dilakukan saat ini, tentunya tidak semata-mata menjadi satu-satunya upaya melindungi masyarakat dari penularan Covid-19. Vaksinasi tidak akan berhasil apabila tidak diimbangi dengan protokol kesehatan," tambah Wiku..

Baca juga : Transaksi Dinar di Pasar Muamalah Zaim Saidi, Salahkah?

Untuk itu selama belum tercapai kekebalan komunitas atau herd immunity, maka pencegahan paling efektif adalah kepatuhan protokol kesehatan oleh seluruh individu. Upaya edukasi dan komunikasi kepada masyarakat harus dilakukan seimbang antara vaksinasi dan protokol kesehatan. Langkah penanganan pandemi Covid-19 tidak bisa dilakukan secara tunggal, harus komprehensif dengan melibatkan protokol kesehatan yang ketat demi menekan lebih banyak jumlah orang yang terinfeksi. 

Dan pada waktu bersamaan, upaya ini harus didukung pelayanan kesehatan yang berkualitas. Sehingga mereka yang sakit semakin sedikit, dan mendongkrak angka kesembuhan. Dan hal ini akan menjadi sempurna jika vaksinasi dilakukan untuk mengurangi kerentanan terinfeksi, pengembangan keparahan gejala penyakit dan peluang penularan kepada orang lain.

"Kedepannya saya berharap setiap elemen masyarakat, baik pemerintah, akademisi, komunitas, penggiat usaha maupun media memiliki pola pikir yang lebih luas dan mendalam. Untuk menjalankan upaya penanganan Covid-19 secara lebih komprehensif demi penanganan kesehatan yang lebih signifikan ke arah yang lebih baik," kata Wiku. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement