Kamis 04 Feb 2021 11:09 WIB

Separuh Rakyat Afghanistan Butuh Bantuan Kemanusiaan

Meningkatnya kekerasan dan konfik jadi penyebab utama kebutuhan bantuan kemanusiaan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
 Petugas kesehatan Afghanistan memberikan vaksinasi polio kepada seorang anak di Kandahar, Afghanistan, 16 Desember 2020.
Foto: EPA-EFE/MUHAMMAD SADIQ
Petugas kesehatan Afghanistan memberikan vaksinasi polio kepada seorang anak di Kandahar, Afghanistan, 16 Desember 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Uni Eropa mengatakan separuh dari rakyat Afghanistan membutuhkan bantuan kemanusiaan. Perhimpunan Benua Biru kembali menyerukan gencatan senjata antara pemerintah dan kelompok Taliban.

“Meningkatnya kekerasan dan konflik menjadi penyebab utama kebutuhan kemanusiaan di negara ini. Kami sangat berharap serta menyerukan gencatan senjata segera, tanpa syarat dan komprehensif," kata Komisaris Eropa untuk Manajemen Krisis Janez Lenarcic pada Rabu (3/2).

Menurut dia, meningkatnya aksi kekerasan menjadi penyebab utama mengapa bantuan kemanusiaan sulit disalurkan ke Afghanistan. Lenarcic meminta Pemerintah Afghanistan dan Taliban memahami bahwa membuka akses penuh dan tanpa hambatan bagi bantuan kemanusiaan adalah kewajiban mereka di bawah hukum humaniter.

Lenarcic mengumumkan Uni Eropa akan memberikan 32 juta euro untuk proyek-proyek kemanusiaan di Afghanistan pada 2021. Dia menyebut jumlah bantuan kemanusiaan Uni Eropa dapat meningkat. Dana tersebut terpisah dari 12 miliar dolar AS selama empat tahun ke depan yang dijanjikan donor asing termasuk Uni Eropa pada November.

Konflik Afghanistan telah berlangsung sejak 2001. Saat ini pembicaraan damai intra-Afghanistan masih berlangsung di Doha, Qatar. Perundingan yang telah memasuki putaran kedua itu hanya membuat sedikit kemajuan, bahkan ketika kekerasan terus terjadi di negara tersebut.

Sebelumnya Taliban telah mencapai kesepakatan damai dengan Amerika Serikat (AS) selaku sekutu utama Pemerintah Afghanistan. Di bawah kesepakatan tersebut, Washington setuju untuk menarik pasukannya dari Afghanistan secara gradual. Pada November tahun lalu, AS mengumumkan akan secara tajam mengurangi jumlah personel militernya di Afghanistan dari 4.500 menjadi 2.500.

Pengumuman itu muncul karena telah terjadi peningkatan kekerasan di Afghanistan. Taliban terus melakukan serangan yang menargetkan para pemimpin pemerintah, pasukan keamanan, dan warga sipil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement