Rabu 03 Feb 2021 10:45 WIB

Baterai Kendaraan Listrik, Industri Masa Depan Indonesia

Indonesia, dengan cadangan nikelnya, punya potensi besar kembangkan baterai listrik.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mencoba mengisi daya listrik mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) saat peringatan Hari Listrik Nasional Tingkat Provinsi Jawa Barat, di Parkir Timur Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (2/11). Dalam acara yang bertajuk Masa Depan untuk Jabar Juara Lahir Batin ini dilakukan peluncuran Program Kendaraan Bermotor Listrik Jawa Barat dan peresmian SPKLU Gedung Sate.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mencoba mengisi daya listrik mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) saat peringatan Hari Listrik Nasional Tingkat Provinsi Jawa Barat, di Parkir Timur Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (2/11). Dalam acara yang bertajuk Masa Depan untuk Jabar Juara Lahir Batin ini dilakukan peluncuran Program Kendaraan Bermotor Listrik Jawa Barat dan peresmian SPKLU Gedung Sate.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury mengatakan Indonesia memiliki potensi luar biasa untuk mengembangkan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan baterainya sebagai industri masa depan. Apalagi Nusantara merupakan salah satu negara terbesar di dunia yang memiliki cadangan nikel, bahan baku utama baterai EV.

"Ini yang ke depan perlu kita perhatikan. Jangan sampai kita memiliki sumber daya yang cukup tapi kita tidak manfaatkan keunggulan yang kita miliki," katanya dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa (2/2).

Pahala juga mengingatkan agar jangan sampai kesalahan di masa lampau terulang di mana Indonesia hanya sekadar mengekspor sumber daya mineral namun tidak memanfaatkan potensi penciptaan nilai tambah produknya. Pengembangan industri baterai kendaraan listrik diperkirakan akan memberi dampak bagi perekonomian nasional sebesar 25 miliar dolar AS atau sekitar Rp 400 triliun pada 2027 mendatang.

"Pengaruh industri ini luar biasa, diperkirakan pada 2027 nanti dampaknya terhadap PDB bisa mencapai 25 miliar dolar AS atau mendekati Rp 400 triliun dan mempekerjakan sekitar kurang lebih 23 ribu karyawan," katanya.

Pahala juga mengatakan Kementerian BUMN menargetkan pembentukan holding yang akan membangun industri baterai kendaraan listrik bisa rampung pada semester pertama tahun ini. Holding tersebut terdiri atas empat perusahaan, yaitu PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina (Persero), dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

"Kita berharap pembentukan Indonesia battery corporation sebagai holding ini bisa dibentuk di semester I tahun ini," kata dia.

Pahala menjelaskan telah ada diskusi antara keempat BUMN beserta calon-calon mitra potensial. Sejauh ini, sudah ada beberapa mitra yang aktif berkomunikasi seperti CATL, LG, hingga Tesla.

"Kita harap timeline-nya bisa semester I tahun ini. Mudah-mudahan Indonesia battery corporation ini sudah bisa berdiri dan bisa jadi satu perusahaan yang akan melakukan tanda tangan kerja sama dan pengembangan joint venture dengan calon-calon mitra tadi," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement