Ahad 24 Jan 2021 20:23 WIB

Selandia Baru Selidiki Dugaan Kasus Varian Baru Corona

Selandia Baru menemukan kasus penularan Covid-19 pertama kali setelah berbulan-bulan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Bendera Selandia Baru
Foto: Annhira.com
Bendera Selandia Baru

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Selandia Baru sedang menyelidiki kasus penularan Covid-19 pertama di masyarakat setelah tak melaporkan infeksi selama beberapa bulan terakhir. Otoritas di sana menduga kasus tersebut berkaitan dengan varian baru SARS-Cov-2 penyebab Covid-19.

Kasus Covid-19 tersebut diidentifikasi pada seorang perempuan berusia 56 tahun. Ia baru saja kembali dari luar negeri pada 30 Desember lalu. Perempuan itu kemudian menjalani karantina selama dua pekan di fasilitas isolasi terkelola di Auckland.

Baca Juga

Setelah dua kali dinyatakan negatif pasca-karantina, perempuan tersebut diperkenankan kembali ke tempat tinggalnya di Northland. Namun, beberapa hari kemudian, ia dinyatakan positif Covid-19.

"Kami bekerja dengan asumsi bahwa ini adalah kasus positif dan varian yang lebih dapat ditularkan, baik yang diidentifikasi pertama kali di Afrika Selatan atau Inggris, atau kemungkinan di Brasil , atau varian lain yang dapat ditularkan," Direktur Jenderal Kesehatan Ashley Bloomfield mengatakan dalam sebuah konferensi pers pada Ahad (24/1).

Dia mengungkapkan, belum diketahui bagaimana wanita itu terinfeksi atau apakah ia tertular varian baru. Namun karena wanita tersebut dinyatakan positif beberapa hari setelah dibebaskan dari karantina dan berada di rumah, pihak berwenang memperlakukannya sebagai "kasus komunitas yang mungkin terjadi". “Ini adalah pengingat bagi kita semua bahwa pandemi terus berlanjut dan ini adalah virus yang menipu,” ujar Bloomfield.

Selandia Baru merupakan salah satu negara maju yang paling sukses mengendalikan penyebaran Covid-19. Negara tersebut terakhir kali mencatat penularan virus korona komunitas pada 18 November. Peraturan pembatasan sosial yang ketat dan isolasi geografis membantunya menekan penyebaran virus.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement