Senin 11 Jan 2021 18:33 WIB

Inovasi Kendaraan Listrik Nasional Masih Perlu Dukungan

Kendaraan listrik solusi baru yang menyangkut banyak sektor.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Mobil Listrik e Semar UGM
Mobil Listrik e Semar UGM

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Proyek investasi pembangunan industri baterai kendaraan listrik di Indonesia akan memberikan banyak manfaat. Secara ekonomi, mendorong masuknya modal dari luar negeri yang diperkirakan mampu menyerap banyak tenaga kerja.

Dosen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Dr Eka Firmansyah menilai, rencana pembangunan pabrik baterai produsen mobil listrik belum diikuti dukungan maksimal pemerintah untuk pengembangan kendaraan listrik nasional.

Padahal, ia mengingatkan, baterai kendaraan listrik memiliki tingkatan dan tiap industri sasar segmen tertentu. Kemudian, bila investasi pabrik baterai sudah dibangun, bukan berarti bisa dipakai semua jenis produk kendaraan listrik.

Sangat dimungkinkan pabrik hanya sediakan baterai untuk produk mereka sendiri tanpa layani pembelian dari produk lain. Secara nasional, keberadaan pabrik dari produsen besar di Indonesia merupakan sesuatu yang menguntungkan bangsa.

"Korelasi langsung antara adanya industri baterai di Indonesia terhadap pengembangan kendaraan listrik lokal masih perlu didefinisikan, sebab rantainya masih panjang," kata Eka.

Ia menyebut, inovasi mobil listrik di Tanah Air masih terus dikembangkan oleh banyak pihak mulai dari akademisi perguruan tinggi, startup, sampai industri. Lalu, setiap sektor memiliki tantangannya sendiri-sendiri.

Dari sisi inovasi, lanjut Eka, semakin banyak pihak yang mulai mengembangkan kendaraan listrik tentunya akan semakin baik. Ia berharap, kondisi tersebut akan melahirkan semakin banyak solusi yang dapat ditawarkan.

"Hanya saja karena keterbatasan sumber daya, baik tenaga ahli maupun dana, juga fasilitas, tentulah kolaborasi akan lebih baik," ujar Eka.

Ia menekankan, pengembangan mobil listrik di Tanah Air perlu sinergi kerja sama universitas, lembaga penelitian, startup, dan industri. Yang mana, ketika semuanya mendapatkan dukungan pemerintah justru akan lebih efisien.

Sebab, kendaraan listrik solusi baru yang menyangkut banyak sektor. Bahkan, arah penelitian sebaiknya tidak hanya terkait mobil dan cara membuat, tapi edukasi masyarakat terhadap potensi kendaraan listrik penting dipikirkan.

Lalu, penyikapan pemerintah, telaah aturan, dan koordinasi lembaga jadi sektor yang perlu dibantu bila ingin sukseskan kendaraan listrik. Edukasi ini ketika tidak dilihat sisi budaya, ekonomi, dan teknologi akan ditolak masyarakat. "Sehingga, penelitian kendaraan listrik dalam skup luas sangat perlu," katanya.

Lalu, pengembangan kendaraan listrik perlu jumlah stasiun pengisian kendaraan listrik akan memiliki korelasi sukses atau tidak elektrifikasi transportasi. Namun, kendaraan listrik yang belum banyak membuat sisi ekonomi belum muncul.

"Bila memang direncanakan transportasi masa depan transportasi listrik, tentu pemerintah yang harus menyediakan stasiun pengisian bahan kendaraan listrik, setidaknya dalam jumlah tertentu dan strategi tertentu," ujar dia.

Setelah populasi dengan jumlah yang memungkinkan untuk nilai ekonomis muncul, swasta secara alamiah bergabung. Meski bukan tidak mungkin, swasta akan mulai menanamkan modal sejak awal, pemerintah perlu memberi kemudahan perizinan.

Soal peluang pengembangan kendaraan listrik, Eka menilai Indonesia memiliki potensi menjadi pemain utama. Untuk transportasi pribadi harus semaksimal mungkin dapat masuk jejaring bisnis internasional dan berkontribusi.

"Sehingga, kelak dapat meraih keuntungan nasional, jangan sampai terkucil dari sektor ini. Perlahan, dengan semakin terbentuknya kapasitas nasional, kita akan menjadi pemain juga," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement