Senin 11 Jan 2021 17:55 WIB

Hamas Kecam UEA karena Impor Produk dari Permukiman Israel

UEA dilaporkan menyetujui impor barang dari permukiman Israel di Tepi Barat

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Produk Israel yang dipasarkan di Dubai, UEA
Foto: Arab News
Produk Israel yang dipasarkan di Dubai, UEA

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA - Hamas mengecam Uni Emirat Arab (UEA) karena dilaporkan menyetujui impor barang dari permukiman Israel di Tepi Barat yang diduduki, Ahad (10/1) waktu setempat. Langkah tersebut menurut Hamas adalah bentuk kesesengajaan untuk membangun permukiman Yahudi di tanah Palestina.

"Langkah itu sama saja dengan mendorong pembangunan permukiman Zionis di tanah Palestina yang diduduki," ujar juru bicara Hamas Hazem Qassem dikutip laman Middle East Monitor, Senin (11/1).

Baca Juga

Qassem mengatakan kesepakatan perdagangan UEA dan Israel mendorong kebijakan perpindahan yang dipraktikan oleh sayap kanan Zionis. Channel 7 Israel sebelumnya melaporkan bahwa pengiriman komersial pertama barang dari produk permukiman Israel ke UEA dimulai pada Ahad.

Namun hingga kini, belum ada komentar langsung dari otoritas Emira tentang laporan tersebut. Seperti diketahui, UEA dan Israel menandatangani kesepakatan yang disponsori Amerika Serikat (AS) pada September tahun lalu.

Kedua negara menormalkan hubungan yang berarti ada kerja sama diplomatik di antaranya keduanya. Kemudian langkah tersebut diikuti oleh Bahrain, Sudan, dan yang terbaru adalah Maroko.

Perjanjian normalisasi telah menuai kecaman luas dari warga Palestina. Sebagian besar warga Palestina mengatakan kesepakatan tersebut mengabaikan hak-hak mereka dan tidak melayani kepentingan Palestina.

Awal Desember tahun lalu, Menteri Perdagangan Bahrain mengatakan impor Bahrain dari Israel tidak akan dibedakan antara produk yang dibuat di Israel dan produk dari permukiman ilegal di wilayah pendudukan. Hal ini mendapat teguran keras dari Palestina.

Menteri Perindustrian, Perdagangan, dan Pariwisata Bahrain Zayed bin Rashid Al Zayani menyuarakan keterbukaan untuk impor dari permukiman. "Kami akan memperlakukan produk Israel sebagai produk Israel. Jadi kami tidak punya masalah dengan label atau asal," katanya kepada Reuters saat berkunjung ke Israel dikutip laman Aljazirah, Jumat (4/12).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement