Selasa 05 Jan 2021 19:14 WIB

Serikat Petani Tanggapi Masalah Mahalnya Kedelai Impor

Keterbatasan lahan jadi salah satu penyebab tak tercapainya produksi kedelai lokal.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Harga kedelai di pasaran melonjak dari Rp 7.200 menjadi Rp9.200 per kilogram. Akibatnya sebanyak 5.000 pelaku UKM di Ibu Kota sempat menyetop produksi. Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih menyampaikan, carut-marut kedelai merupakan imbas dari kebijakan pasar bebas sejak Indonesia menjadi anggota WTO tahun 1995 dan Letter of Intent (LOI) IMF dengan Pemerintahan Soeharto pada tahun 1998.
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Harga kedelai di pasaran melonjak dari Rp 7.200 menjadi Rp9.200 per kilogram. Akibatnya sebanyak 5.000 pelaku UKM di Ibu Kota sempat menyetop produksi. Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih menyampaikan, carut-marut kedelai merupakan imbas dari kebijakan pasar bebas sejak Indonesia menjadi anggota WTO tahun 1995 dan Letter of Intent (LOI) IMF dengan Pemerintahan Soeharto pada tahun 1998.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga kedelai di pasaran melonjak dari Rp 7.200 menjadi Rp9.200 per kilogram. Akibatnya sebanyak 5.000 pelaku UKM di Ibu Kota sempat menyetop produksi. Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih menyampaikan, carut-marut kedelai merupakan imbas dari kebijakan pasar bebas sejak Indonesia menjadi anggota WTO tahun 1995 dan Letter of Intent (LOI) IMF dengan Pemerintahan Soeharto pada tahun 1998.

Awalnya, kata dia, produksi petani kedelai di tingkat lokal sanggup memenuhi 70-75 persen kebutuhan kedelai nasional, impor hanya sekitar 20 persen. "Kondisi sekarang terbalik, kedelai impor menjadi sumber utama kebutuhan kedelai nasional," kata Henry dalam siaran pers, Selasa (5/1).

Baca Juga

Henry mengingatkan, pemerintah harus berhati-hati. Sebab, situasi saat ini bisa diartikan sebagai cara pedagang pasar global untuk terus perluas pasar kedelai di Indonesia. Kedelai impor ini pun bisa dipastikan adalah produk GMO (Genetically Modified Organism) yang diimpor dari Amerika Serikat, dan Amerika Selatan seperti Brasil dan Argentina.

“Gejolak harga kacang kedelai ini juga bisa sebagai upaya pengenalan benih kedelai hasil rekayasa genetik atau GMO untuk dikembangkan di Indonesia yang berpotensi besar menghilangkan benih-benih kedelai lokal. Untuk di Indonesia sendiri impor kedelai juga masih dikuasai oleh korporasi transnasional skala besar seperti Cargill,” katanya.

Henry menyebutkan kendati Indonesia mengimpor kedelai dalam jumlah yang besar, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada Indonesia masih termasuk negara yang mau memproteksi pasar dalam negerinya. Terdapat upaya untuk meningkatkan produksi dengan gerakan menanam kedelainya untuk memenuhi kebutuhan nasional.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement