Kamis 31 Dec 2020 16:05 WIB

Ingatlah, Islam Mengharamkan Segala Jenis Ramalan Masa Depan

Hanya Allah yang mengetahui masa depan hambanya.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Ingatlah, Islam Mengharamkan Segala Jenis Ramalan Masa Depan.
Ingatlah, Islam Mengharamkan Segala Jenis Ramalan Masa Depan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam masyarakat kita, sebagian masih ada yang percaya dengan ramalan yang dilakukan peramal, dukun, kadang disebut juga orang pintar. Jenis ramalan sendiri bermacam-macam, ada ramalan jodoh, ramalan karier, ramalan nasib, ramalan shio, dan zodiak.

Lalu bagaimana hukum percaya terhadap ramalan itu dalam agama Islam? Menurut Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis, apa pun jenis ramalan adalah haram. 

Baca Juga

"Kerjaan ramal-meramal itu tentu diharamkan karena kita tidak tahu masa depan kita kecuali Allah, tapi kita punya harapan, punya ekspektasi, punya target diperlukan menjadi cara hidup kita lebih efektif, lebih terarah, Rasulullah sudah melarang untuk kita ramal-meramal itu," kata dia, Kamis (31/12).

Menjalang tahun baru 2021, berseliweran di media sosial tentang ramalan-ramalan apa yang akan terjadi tahun depan. Ramalan jodoh, inisial ataupun angka keberuntungan, ramalan berdasarkan shio, zodiak, dan banyak lagi.

Mengenai hal itu, Cholil Nafis menyarankan agar umat Muslim memperkuat akidah mereka dan percaya takdir manusia telah ditentukan sejak masih berada di Lauhul Mahfuz. Takdir yang sudah tercatat itu adalah apa yang sudah dijalani oleh umat manusia yang tentunya masih dapat diubah dengan doa dan amal saleh. 

"Sehingga kalau kita tahu kebesaran Allah, tahu dan kebaikan Allah, kita akan bersandar pada Allah, tidak semuanya kehidupan yang melimpah itu menjadi kebaikan, kebahagiaan, ada kalanya Allah menguji kita dengan beberapa ujian, seperti (ujian yang diterima) Nabi Yunus terdahulu ternyata karena disayang Allah SWT. Bagian dari usaha untuk mendapatkan ridha Allah," kata Nafis.

Sebagaimana tertuang dalam firman Allah SWT,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu berbuat syirik dengan mempersekutukan Allah. Sesungguhnya perbuatan syirik adalah benar-benar kezaliman yang besar," (QS. Luqman ayat 13).

Menurut Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir/Syaikh Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah, perbuatan dzalim adalah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Perbuatan syirik adalah menyamakan dzat Tuhan Pencipta yang Maha memberi ketikmatan dengan makhluk yang tidak mampu memberi kenikmatan, bahkan tidak bisa berbuat apa-apa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement