Selasa 29 Dec 2020 13:15 WIB

Pandemi Picu Serangan Mental Terbesar Sejak Perang Dunia II

Ketika pandemi usai pun, dunia masih akan berhadapan dengan masalah kesehatan mental.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Perempuan depresi (Ilustrasi). Tahun 2020 telah menjadi tahun kecemasan dan ketidakpastian serta akan lebih banyak orang membutuhkan bantuan layanan kesehatan mental.
Foto: Pixabay
Perempuan depresi (Ilustrasi). Tahun 2020 telah menjadi tahun kecemasan dan ketidakpastian serta akan lebih banyak orang membutuhkan bantuan layanan kesehatan mental.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 bisa menjadi pukulan terbesar bagi kesehatan mental sejak Perang Dunia II. Salah seorang psikiater terkemuka, Presiden Royal College of Psychiatrists, Dr Adrian James, mengatakan, bahkan ketika pandemi akibat infeksi virus corona sudah terkendali, akan ada konsekuensi jangka panjang yang mendalam.

“Ini mungkin pukulan terbesar bagi kesehatan mental sejak Perang Dunia II. Ini tidak berhenti ketika virus terkendali. Kita harus mendanai konsekuensi jangka panjang tersebut,” kata Dr James kepada The Guardian, dikutip Selasa (29/12).

Baca Juga

Kematian orang yang dicintai akibat Covid-19 serta pengangguran massal dan efek sosial dari karantina wilayah yang tegas semua didokumentasikan dengan rapi. Salah satu yayasan amal kesehatan mental menggambarkan situasi libur akhir tahun ini sebagai 'darurat kesehatan mental'.

Ia menyebut, 2020 telah menjadi tahun kecemasan dan ketidakpastian serta akan lebih banyak orang membutuhkan yayasan mereka. Sebuah laporan memperingatkan sebelum gelombang kedua virus corona di Inggris bahwa ada hingga 10 juta orang mungkin membutuhkan dukungan kesehatan mental seusai pandemi.

Para ahli mengatakan, sekitar 8,5 juta orang dewasa dan 1,5 juta anak-anak di Inggris akan membutuhkan dukungan itu, termasuk salah satunya dikarenakan kehilangan orang yang dicintai dan kehilangan pekerjaan.

“Mereka kebanyakan membutuhkan bantuan untuk depresi dan kecemasan,” tulis sebuah analisis dari Pusat Kesehatan Mental, yang berkonsultasi dengan para ahli dari NHS.

Tetapi yang lainnya (termasuk pekerja NHS) dapat mengembangkan kondisi seperti gangguan stres pasca-trauma (PTSD), kondisi yang lebih sering dikaitkan dengan personel yang pernah menjalani konflik bersenjata. Badan amal itu mengatakan pada November, lebih banyak orang mengalami krisis kesehatan mental selama pandemi virus corona daripada yang pernah tercatat sebelumnya.

Menurut Mind, ada peningkatan 15 persen dalam rujukan mendesak orang-orang yang menderita krisis kesehatan mental dari Maret hingga Juli tahun ini, dan 2.276 rujukan mendesak lebih banyak dilakukan pada Juli 2020 dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Komentar Dr James datang ketika kasus Covid-19 di Inggris terus membengkak, di mana jutaan lebih orang di Inggris menghadapi pembatasan sosial Tingkat Empat, untuk mengendalikan pandemi yang berkembang pesat.

Dr James khawatir, NHS bisa kewalahan dalam beberapa hari karena pasien rumah sakit melonjak. Jumlah total pasien di rumah sakit dengan virus itu, kemungkinan akan melebihi puncak dari gelombang pertama, dengan 21.286 pasien virus corona dirawat pada 22 Desember. Sebagai perbandingan, angka pada 12 April adalah 21.683.

Komentar Dr James juga muncul setelah laporan mengejutkan pada Oktober memperingatkan hingga 10 juta orang (termasuk 1,5 juta anak-anak) mungkin membutuhkan dukungan kesehatan mental seusai pandemi. Mereka kebanyakan membutuhkan bantuan untuk depresi dan kecemasan, menurut analisis dari Pusat Kesehatan Mental, yang berkonsultasi dengan para ahli dari NHS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement