Sabtu 26 Dec 2020 05:36 WIB

Vaksin Sinovac Diklaim Efektif

Vaksin selain dari Sinovac direncanakan tiba pada kuartal II 2021

Petugas kesehatan mempersiapkan vaksin COVID-19 saat simulasi pelayanan vaksinasi di Puskesmas Kemaraya, Kendari, Sulawesi Tenggara.
Foto: ANTARA FOTO/Jojon
Petugas kesehatan mempersiapkan vaksin COVID-19 saat simulasi pelayanan vaksinasi di Puskesmas Kemaraya, Kendari, Sulawesi Tenggara.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Hasil uji coba tahap akhir vaksin Covid-19 yang dikembangkan Sinovac Biotech di Turki diklaim memiliki efektivitas mencapai 91,25 persen. Dengan data tersebut, Turki pun menyatakan bakal menggunakan vaksin Sinovac untuk program vaksinasi Covid-19.

Turki merupakan salah satu negara yang jadi tempat uji klinis tahap III vaksin Sinovac. Selain Turki, uji klinis dilakukan di Indonesia dan Brasil. Para periset di Brasil yang juga tengah menjalani uji coba vaksin fase III pada Rabu (23/12) mengatakan, vaksin Sinovac memiliki efektivitas di atas 50 persen. Sesuai ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka efektivitas vaksin Covid-19 minimal 50 persen.

Vaksin Covid-19 buatan Sinovac merupakan salah satu dari enam vaksin yang akan digunakan Indonesia untuk program vaksinasi Covid-19. Pada Ahad (6/12), Indonesia pun telah mendapatkan 1,2 juta dosis vaksin Sinovac dalam bentuk jadi yang kini tengah menunggu persetujuan penggunaan darurat (EUA)dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Sejumlah perusahaan pembuat vaksin lainnya, yaitu Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca, sebelumnya telah mengumumkan tingkat efektivitas vaksin Covid-19 buatan mereka.

Vaksin Pfizer diklaim memiliki efektivitas 95 persen, Moderna 94 persen, dan efektivitas vaksin Astra Zeneca disebut bisa mencapai 90 persen.

Turki pada Kamis (24/12), menyebutkan tak ada efek samping serius yang muncul pada masa uji coba. Hanya ada satu orang yang menunjukkan reaksi alergi. Uji coba di Turki dimulai pada 14 September dengan melibatkan lebih dari 7.000 relawan. Adapun data tingkat efektivitas yang diumumkan didasarkan pada data dari 1.322 relawan.

Para periset Turki yang berbicara bersama Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca mengatakan, sebanyak 26 dari 29 orang yang terinfeksi pada masa uji coba di berikan placebo. Uji coba akan terus berlanjut hingga 40 orang menjadi terinfeksi.

"Sekarang ini kami yakin bahwa vaksin ini efektif dan aman (untuk digunakan) terhadap warga Turki," kata Koca. Ia menambahkan, Turki akan menggunakan data tingkat efektivitas sebagai dasar untuk perizinan vaksin.

Turki diketahui telah setuju untuk membeli 50 juta dosis suntikan Sinovac dan menerima pengiriman pada 11 Desember. Namun, pengiriman tersebut ditunda.

Koca mengatakan, vaksin baru akan tiba pada Senin (28/12). Menurut dia, vaksinasi pada tahap pertama akan dilakukan pada 9 juta orang yang dimulai untuk para pekerja medis.

Sementara, hasil uji klinis vaksin Sinovac di Brasil diklaim menunjukkan efikasi antara 50 persen hingga 90 persen. Hasil tersebut melampaui prasyarat penggunaan vaksin yakni di atas 50 persen.

Hasil tersebut diumumkan Kementerian Kesehatan Brasil mengutip uji klinis di Sao Paulo menyusul munculnya kekhawatiran soal efektifitas vaksin tersebut di Brasil. Terlepas dari klaim itu, pihak Kementerian Kesehatan Brasil masih menanti hasil uji klinis dari Cina untuk kesimpulan akhir.

Hasil uji klinis di Brasil relevan bagi Indonesia karena akan digunakan BPOM sebagai salah satu tolok ukur penerbitan izin guna darurat. BPOM memprediksi hasil uji klinis dari Brasil bisa didapatkan pada awal Januari 2021 nanti.

photo
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menyatakan secara umum kesiapan daerah sudah cukup baik dalam hal logistik vaksin - (Satgas Penanganan Covid-19)

Belum jelas

Pakar epidemiologi dari Universi tas Indonesia (UI) Pandu Riono menilai, tingkat efektivitas hasil uji coba vaksin Sinovac di Turki belum jelas. Sebab, kata dia, belum ada publikasi internasional yang mengumumkan hasil uji klinis vaksin Sinovac di Turki di atas 90 persen.

Hal ini juga disebutnya sama seperti rencana rilis uji klinis vaksin Sinovac di Brasil yang ditunda. Menurut dia, semua pihak lebih baik menunggu laporan resmi hasil akhir uji klinis di Turki. "Tunggu saja, biasanya ada keterangan resmi," kata dia.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, uji klinis vaksin Sinovac masih terus dilakukan oleh Universitas Padjajaran dan PT Bio Farma (Persero). Wiku menjelas kan, uji klinis dilakukan untuk melihat dosis yang aman dan efek samping yang mungkin terjadi. Nantinya, hasil uji klinis akan disampaikan kepada BPOM sebagai syarat dikeluarkannya EUA.

Wiku menambahkan, pemerintah pusat juga terus melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan distribusi vaksin Covid-19 berjalan lancar. Menurut dia, kesiapan daerah sejauh ini cukup baik. Ini tecermin dari kesiapan cold chain yang secara nasional mencapai 97 persen, ujar Wiku.

Distribusi vaksin akan dilakukan secara bertahap dan diutamakan pada populasi dan wilayah yang berisiko tinggi pada tingkat penularan yang tinggi. Ia mengatakan, pemerintah juga memastikan vaksin yang akan digunakan aman dan halal serta minim efek samping.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Airlangga Hartarto mengatakan, pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Indonesia akan dimulai pada 2021. Pelaksanaan pemberian vaksin masih menunggu izin penggunaan darurat dari BPOM.

Airlangga mengatakan, sebanyak 107 juta orang akan mendapatkan vaksin untuk mencapai kekebalan komunitas (herd immunity). Saat ini, kata dia, Indonesia sudah mendapatkan 1,2 juta dosis vaksin Sinovac dalam bentuk jadi. Ke depannya akan ada 1,8 juta dosis vaksin Sinovac dan 15 juta dalam bentuk bahan baku (bulk).

Selain Sinovac, kata Airlangga, pemerintah juga mendorong pengadaan vaksin Astra Zeneca, Pfizer, Moderna, sesuai dengan jadwal yang diberikan ke Indonesia. Menurut dia, vaksin selain dari Sinovac akan masuk pada kuartal II 2021. (dwina agustina/dessy suciati saputri/rr laeny ulistyawati/antara, ed:satria kartika yudha)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement