Jumat 25 Dec 2020 05:03 WIB

67 Persen Masyarakat Alami Depresi Selama Pandemi Covid-19

Stres di masa pandemi bisa dipicu salah satunya karena banyak membaca informasi

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Stres bisa membuat orang malas bergerak hingga menyikat gigi (Foto: ilustrasi bad mood)
Foto: Pixabay
Stres bisa membuat orang malas bergerak hingga menyikat gigi (Foto: ilustrasi bad mood)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pandemi Covid 19 yang sudah terjadi berbulan-bulan di Indonesia, membuat banyak masyarakat mulai depresi. Hal itu, diketahui berdasarkan hasil survei bahwa 67 orang mengalami depresi selama pandemi melanda sejak awal tahun lalu.

Menurut Pskiater RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta dan RSI Cempaka Putih, Agung Frijanto, berdasarkan survei lima bulan setelah pandemi tepatnya Oktober pada 4.010 orang, hasilnya adalah sebanyak 65 persen mengalami kecemasan, 67 persen depresi dan 75 persen trauma.

"Hasil survei itu menunjukkan, masalah psikologis terbanyak pada usia 17 sampai 29 tahun. Jadi, memang usia produktif yang terbanyak," ujar Agung di acara Online Talkshow dengan Tema Anti Depresi di Kala Pandemi yang digelar Republika didukung Satgas Penanganan Covid-19, Kamis (24/12).

Agung menjelaskan, analisis survei 4010 pun, ada yang cukup mencengangkan. Karena 1 dari 5 orang memiliki pikiran lebih baik mati. Pikiran kematian terbanyak itu, menghinggapi usia 18 sampai 29 tahun. Jadi, lagi-lagi masih usia produktif.

"Sebanyak 15 persen bahkan memikirkan lebih baik mati tiap hari. Sementara 20 persen memikirkan beberapa hari dalam seminggu," katanya.

Menurut Agung, fenomena bunuh diri saat ini pun terjadi di dunia. Berdasarkan data yang ada, setiap 40 detik di dunia ada yang bunuh diri. Sehingga, setiap tahun ada 800 ribu orang yang meninggal karena bunuh diri.

Masih berdasarkan survei, kata dia, stres di masa pandemi bisa dipicu salah satunya karena banyak membaca informasi. Jadi, sebaiknya jangan berlebihan mengonsumsi berita. Karena, banyak orang yang kecenderungannya membaca berita negatif.

"Apalagi kan sekarang hoaks berseliweran dimana-mana, ini memicu stres," katanya.

Stres sendiri, kata dia, adalah kondisi seseorang yang membuatnya merasa tertekanan. Reaksinya, tak selalu negatif tergantung bagaimana orang tersebut bisa mengelolanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement