Selasa 22 Dec 2020 15:31 WIB

Suami Istri Hendaknya tak Umbar Kelemahan ke Orang Lain

Terdapat adab yang harus dipenuhi suami istri dalam pernikahan

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Terdapat adab yang harus dipenuhi suami istri dalam pernikahan. Ilustrasi suami istri
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Terdapat adab yang harus dipenuhi suami istri dalam pernikahan. Ilustrasi suami istri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Banyak sekali karya yang ditulis terkait mengelola  hubungan suami istri. Sebagiannya ditulis ulama dari kalangan pria. 

Nah, ada satu karya berjudul Zadu Az-Zaujayn yang terdapat di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Kitab ini dikarang putri sulung pahlawan nasional KHR As’ad Syamsul Arifin, yaitu almarhum Nyai Zainiyah As’ad. Kitab ini kerap diajarakan Nyai Zai kepada santrinya, khususnya para ustadzah yang ingin menikah. Jadi, semacam konseling pranikah ala pesantren.

Baca Juga

Nyai Hj Zainiyah As’ad lahir pada 1944 di lingkungan Pondok Pesantren Jrangoan, Omben, Sampang, Madura. Ia menikah dengan KH Dhofier Munawar di desa Sukorejo Situbondo dan dikaruniai seorang putra bernama KHR Ahmad Azaim Ibrahimy, yang kini menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah.

Nyai Zai wafat pada 19 Agustus 2005 lalu di Sukorejo Situbondo. Selama hidupnya, Nyai Zai menjadi pengasuh ribuan santri putri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Ia juga merupakan pendiri Pondok Pesantren Al-As’adiyah Balikeran, Asembagus.

Dalam kitab Zadu Az-Zaujan ini, Nyai Zai mengungkapkan bahwa banyak pasangan suami-istri  yang tidak mengetahui syarat-syarat dan tatakrama dalam berumah tangga, sehingga gagal menggapai rumah tangga sakinah. Karena itu, menurut dia, setiap calon atau pasangan suami-istri harus mengembangkan karakter kepribadian yang ideal dalam rumah tangganya.  

Nyai Zai pun melakukan kajian terhadap kitab Uqud al-Lujjayn dan merangkumnya dalam kitab Zadu Az-Zaujayn. Manuskrip kitab ini ditulis Nyai Zai dengan menggunakan huruf Arab pegon dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan huruf latin.

Kitab Zadu Az-Zaujayn ini dilengkapi dengan syair berbahasa Indonesia yang memuat sopan santun suami, sopan santun istri, dan tentang mendidik anak. Dengan syair tersebut para santri pun bisa menghafalnya dengan mudah.

Syamsul A Hasan mengatakan, walaupun kitab Zadu Az-Zaujayn berasal dari kitab Uqud al-Lujjayn namun Nyai Zai kerap melakukan reorientasi pemahaman terhadap kitab tersebut.

Misalnya, jika di dalam kitab Uqud al-Lujjayn menggambarkan seorang istri seperti budak dan tawanan yang lemah tak berdaya, Nyai  Zai menulis  bahwa seorang istri tidak boleh dijadikan budak yang pantas dipaksa dalam masalah bersetubuh, bekerja, atau memasak.

Dalam perspektif konseling, kitab Zadu Az-Zaujayn dapat dikatagorikan sebagai salah satu materi dalam konseling perkawinan. Karena itu, kitab ini dapat diadopsi sebagai konseling perkawinan yang khas ala pondok pesantren.

Di dalam kitab ini terdapat beberapa nilai kepribadian yang harus ditumbuhkembangkan oleh calon dan pasangan suami-istri dalam membentuk keluarga sakinah. Misalnya, karakter kesabaran dan penampilan diri yang harus menarik dan selalu berseri-seri di hadapan pasangannya.

Menurut Nyai Zai, sifat sabar harus dimiliki pasangan suami-istri agar rumah tangga tersebut mampu terus bertahan. Sifat sabar juga harus dimiliki, terutama jika pasanganya berbuat kurang menyenangkan. Kalau bersabar terhadap pasangannya, menurut Nyai Zain, maka hidupnya akan mulia.

Nyai Zai pun menyarankan agar setiap pasangan suami istri tidak menceritakan kelemahan pasangannya kepada orang lain. Menurut dia, suami-istri harus saling melengkapi dan menutupi kelemahan pasangannya.

Dalam salah satu syairnya dalam kitab ini, Nyai Zai juga menjelaskan bahwa kaum perempuan setiap harinya haruslah taat ke suaminya dengan wajah yang berseri-seri. Menurut Nyai Zai, jika bermuka masam terhadap suami, maka seorang istri akan dimurkai Allah dan malaikat.

Syair yang ditulis Nyai Zai ini senada dengan sabda Rasulullah SAW: “Siapa saja perempuan yang bermuka masam di hadapan suaminya berarti dia dalam kemurkaan Allah sampai dia senyum kepada suaminya atau dia meminta keridhaannya.”

Selain menasihati kaum perempuan, Nyai Zai juga mengajarkan kaum laki-laki yang akan menjadi seorang suami. Menurut Nyai Zai, seorang laki-laki juga harus berhati-hati menjadi suami. Karena itu, seorang suami wajib memberikan nafkah secara dzahir maupun batin. Bahkan, menurut Nyai Zai, seorang suami harus meyediakan tempat bagi istrinya walaupun harus menyewa.

Isi kitab Zadu Az-Zaujayn sangat relevan dengan konseling perkawinan dan konseling keluarga. Karena itu, kitab ini sangat penting untuk dipublikasikan, sehingga kearifan lokal yang tersembunyi di pesantren tersebut bisa diteliti dan dikaji lebih lanjut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement