Rabu 16 Dec 2020 21:36 WIB

Kerendahan Hati Mbah Arwani Kudus di Kitab Faidhul Barakat

Mbah Arwani Kudus dikenal rendah hati meski alim dan hafal Alquran

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Mbah Arwani Kudus dikenal rendah hati meski alim dan hafal Alquran. Ilustrasi alquran
Foto: republika
Mbah Arwani Kudus dikenal rendah hati meski alim dan hafal Alquran. Ilustrasi alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Di antara legasi dai Nusantara adalah karya KH Arwani Amin. Mubaligh asal Kudus, Jawa Tengah.

Beliau menulis kitab berjudul Faidhul Barakat fi Sab'il Qira'at. Karya tersebut ditulis sekitar tahun 1930-an. Waktu itu, Kiai Arwani bahkan masih menjadi seorang santri di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta yang diasuh KH Munawwir.

Baca Juga

Dalam menyusun kitab Faidhul Barakat fi Sab'il Qira'at, KH Muhammad Arwani Amin Said menunjukkan sikapnya sebagai al-faqir, yakni ulama yang rendah hati.

Ia semata-mata menghadirkan dirinya tak lebih dari seorang hamba Allah. Oleh karena itu, ia meminta keridhaan Allah SWT. Harapannya, melalui karyanya itu dia dapat mengamalkan ilmu qiraah yang dimilikinya kepada masyarakat, khususnya generasi muda.

Sikapnya ini senada dengan sebuah hadits Nabi SAW yang diriwayatkan Imam Bukhari:

عن عثمان بن عفان -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: خَيرُكُم من تعلَّمَ القرآنَ وعلَّمَهُ "Khairukum man ta'allamal qur'ana wa allamahu. Sebaik-baik manusia di antara kamu adalah yang mempelajari Alquran dan mengamalkannya."

Kiai Arwani menulis kitab ini dalam rangka mengamalkan ilmu-ilmu agama yang dimilikinya. Dalam pandangannya, ilmu itu sendiri sama halnya dengan hewan buruan. Jika seekor hewan buruan tidak diikat dengan tali yang kuat, maka akan hilanglah ia.

Analogi tersebut cukup menarik dalam menggerakkan budaya literasi umat Islam. Jika kita tidak mengikat ilmu dengan menulis dan membaca, maka dikhawatirkan kaum Muslimin akan terjerumus dalam kesesatan dalam memahami Alquran. Begitu pula bila kita menjadikan orang-orang jahil mereka yang belum ahli Alquran, tetapi mendaku diri sebagai demikian selaku panutan.

Kiai Arwani memandang, tradisi menulis sangat penting bagi umat Islam. Dalam hal ini, ia bahkan menegaskan, hukum menulis kitab adalah fardhu kifayah. Artinya, suatu kewajiban yang harus dilakukan umat Islam. Bila satu Muslim sudah ada yang melakukannya, maka gugurlah kewajiban itu.

Faidhul Barakat karya Kiai Arwani merupakan kitab qiraah yang fundamental dan fenomenal di Nusantara. Di dalam kitab ini, sang penulis menjelaskan bagaimana cara membaca ayat Alquran secara perinci. Ia juga menambahkan keterangan tabel di dalamnya.

Kiai Arwani memandang penting qiraat sab'ah. Sebab, tujuh imam tersebut memiliki kredibilitas yang tinggi. Sanad mereka bersambung sampai Rasulullah SAW. Dengan menulis Faidhul Barakat, Kiai Arwani telah memberikan kontribusi besar dalam penyebaran ilmu qiraah.

Ini dapat menjadi dasar bagi para pembaca dan penafsir dalam memahami struktur gramatika dalam Alquran. Hadirnya kitab ini dapat mengurangi kerancuan dalam memahami Alquran. 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement