Senin 07 Dec 2020 16:44 WIB

OJK Utamakan Literasi Agar Masyarakat Paham Investasi

Produk investasi di pasar modal lebih cocok untuk konsumen yang sudah teredukasi

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengutamakan dorong literasi kepada masyarakat agar benar-benar paham sebelum melakukan investasi di pasar modal dibandingkan hanya mengejar inklusi atau terbukanya akses masyarakat ke sektor tersebut. Produk investasi di pasar modal lebih cocok untuk konsumen yang telah teredukasi dengan baik.
Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengutamakan dorong literasi kepada masyarakat agar benar-benar paham sebelum melakukan investasi di pasar modal dibandingkan hanya mengejar inklusi atau terbukanya akses masyarakat ke sektor tersebut. Produk investasi di pasar modal lebih cocok untuk konsumen yang telah teredukasi dengan baik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengutamakan dorong literasi kepada masyarakat agar benar-benar paham sebelum melakukan investasi di pasar modal dibandingkan hanya mengejar inklusi atau terbukanya akses masyarakat ke sektor tersebut. Produk investasi di pasar modal lebih cocok untuk konsumen yang telah teredukasi dengan baik.

"Memang pasar modal ini mesti paham. Jadi yang untuk investasinya, literasinya akan kita dorong lebih dulu baru inklusinya," kata Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Tirta Segara dalam Media Briefing "Perkembangan TPAKD - Menuju Rapat Koordinasi Nasional TPAKD 2020" secara daring di Jakarta, Senin (7/12).

Baca Juga

Menurut Tirta, produk-produk investasi di pasar modal lebih cocok untuk konsumen yang sudah teredukasi dengan baik atau highly educated. Ini mengingat istilah-istilah di pasar modal yang sangat spesifik.

"Jadi kalau orang mau investasi, mau beli saham, mesti paham. Jangan sampai konsumen yang tidak paham, karena situasi pandemi mereka butuh uang butuh likuiditas sahamnya di-redeem, kok harganya jatuh. Kalau tidak paham malah bisa turunkan kepercayaan," ujar Tirta.

Sementara itu dari sisi pendanaan di pasar modal, lanjut Tirta, pihaknya juga terus mendorong literasi bahwa ada sumber pendanaan di pasar modal. Misalnya ada fasilitas urun dana atau crowdfunding, yang bisa jadi opsi bagi pelaku usaha kecil dan menengah mendapatkan modal.

"Jadi untuk dari sisi funding kita sudah dorong dulu, bahkan di level provinsi kita sudah sosialisasikan obligasi daerah. Tapi untuk investasi ini, harus hati-hati, harus paham dulu. Bahkan saya sarankan kalau untuk investasi yang di pasar modal entah saham, reksadana, atau dia beli produk pasar modal yang lain, ini harus hati-hati karena memang harus paham dulu supaya nanti konsumen tidak merasa dirugikan tidak dijelaskan dan sebagainya," kata Tirta.

Tirta menuturkan, sejak beberapa tahun sebelumnya, otoritas sudah memulai literasi terkait pasar modal. Saat ini di universitas-universitas di seluruh provinsi di Indonesia sudah terdapat lebih dari 400 galeri investasi dan juga komunitas pasar modal yang juga aktif melakukan literasi.

Selain literasi di pasar modal, OJK juga akan mendorong inklusi dan literasi agar semakin banyak masyarakat yang memiliki akses dan semakin paham terhadap sektor jasa keuangan lainnya.

"Kita ada strateginya. Yang kita dorong pertama kali itu di sektornya setelah perbankan itu juga layanan keuangan digitalisasi dulu. Jadi kita mulai 2020 sampai tahun depan kita digitalisasi dulu, semua orang harus paham bagaimana melakukan transaksi digital. Kemudian nanti layanan keuangan syariah kita dorong. Kita sambil juga dorong IKNB itu, asuransi ternak, asuransi pertanian, asuransi nelayan bahwa ada produk-produk itu. Jadi program-program itu akan kita seimbangkan," ujar Tirta.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement