Rabu 02 Dec 2020 05:51 WIB

Mengenang Revolusi Pemogokan Pekerja Arab di AS

Pemogokan para buruh Arab-Palestina itu perlawanan atas Israel.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Ani Nursalikah
Mengenang Revolusi Pemogokan Pekerja Arab di AS. Pada 28 November 47 tahun lalu, sekitar 2.500 pekerja otomotif keturunan Arab menutup produksi di pabrik perakitan Dodge Main Chrysler dekat kota Detroit, AS. Pemogokan dan penutupan itu, dilakukan untuk menuntut United Auto Workers (UAW) agar mencabut obligasi Israel yang ada pada mereka.
Foto: al araby
Mengenang Revolusi Pemogokan Pekerja Arab di AS. Pada 28 November 47 tahun lalu, sekitar 2.500 pekerja otomotif keturunan Arab menutup produksi di pabrik perakitan Dodge Main Chrysler dekat kota Detroit, AS. Pemogokan dan penutupan itu, dilakukan untuk menuntut United Auto Workers (UAW) agar mencabut obligasi Israel yang ada pada mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 28 November 47 tahun lalu, sekitar 2.500 pekerja otomotif keturunan Arab menutup produksi di pabrik perakitan Dodge Main Chrysler dekat kota Detroit, AS. Pemogokan dan penutupan itu, dilakukan untuk menuntut United Auto Workers (UAW) agar mencabut obligasi Israel yang ada pada mereka.

Pemogokan para buruh Arab-Palestina itu tidak hanya untuk melawan kesenjangan dan perlawanan atas Israel. Tetapi, juga perlawanan untuk keadilan, kesetaraan dan pembebasan Palestina yang hingga kini masih belum terjadi.

Baca Juga

Pemogokan itu memang sebelumnya telah direncanakan dengan beberapa pihak lainnya. Mulai dari gerakan pembebasan kulit hitam dan tokoh pelajar mahasiswa saat itu.

Alhasil, tidak hanya pemogokan dan tuntutan pada pemodal yang berhasil. Tetapi, divestasi UAW dari mitra Israel dengan maksud mengembalikan obligasi senilai 300 ribu dolar AS saat itu, yang dibayar menggunakan uang iuran serikat juga dilakukan.

"Penting untuk diingat UAW tidak mendapatkan kembali 300 ribu dolar AS secara penuh, tetapi misinya masih berhasil dan itu menciptakan energi yang baik dan memperkuat hubungan kami dengan komunitas Kulit Hitam," ujar George Khoury, penyintas Nakba Palestina dan anggota terkemuka USPCN mengutip Al Araby, Selasa (1/12).

Untuk memperingati kejadian 47 tahun lalu itu, Jaringan Komunitas Palestina AS (USPCN) menyelenggarakan acara virtual, yang membawa para peserta kembali ke suasana revolusioner pada saat pemogokan. Khususnya, untuk mengetahui bagaimana semangat dari pekerja Arab untuk Palestina, dan pekerja lain, serta pro-Kulit Hitam yang berhasil mengguncang industri otomotif dan menginspirasi pemogokan.

"Pada hari kami menang, ada banyak emosi dan kami mendapatkan banyak momentum. Itu menunjukkan bahwa tindakan yang tepat dapat memberikan hasil yang benar," kata Khoury.

Dirinya menegaskan, pada 1970-an, gerakan Palestina di AS terinspirasi oleh kebangkitan pan-Arabisme di Timur Tengah. Tetapi dimobilisasi dengan bantuan kaum kiri dan komunitas kulit hitam di AS.

Hal itu, menurut pembawa acara dan anggota USPCN, Danya Zituni, juga menjadi momentum solidaritas Hitam-Palestina untuk terus bergerak bersama. Khususnya, ketika membahas peningkatan kriminalisasi untuk komunitas Palestina di AS dan warga Kulit Hitam. Terlebih, semakin banyak negara yang mengadopsi undang-undang anti-BDS.

BDS adalah singkatan dari Komite Sanksi Divestasi Boikot, yang terdiri dari lebih dari 170 organisasi masyarakat sipil Palestina, serikat pekerja, dan kelompok budaya dan hak - termasuk semua partai politik besar, serikat dagang dan akademis, yang mengeluarkan seruan resmi untuk boikot sejak 2005.

Gerakan BDS tanpa kekerasan itu, terinspirasi oleh kampanye yang menargetkan rezim apartheid Afrika Selatan dan berusaha mengakhiri pendudukan brutal Israel di Tepi Barat.

"Dalam praktiknya, ini berarti bergabung dengan organisasi yang melancarkan kampanye seperti perjuangan untuk CPAC (Community Control Over the Police) seperti yang dilakukan USPCN di Chicago, dipimpin oleh aliansi Chicago melawan penindasan rasis dan politik," kata Zituni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement